top of page
Writer's pictureChristian Aditya

Hyundai and the SUV Market Gap

Sebagian orang tidak pernah merasa cukup.


Sekitar dua tahun lalu kami membeli sebuah Hyundai SantaFe generasi ketiga bermesin Diesel produksi tahun 2012. Mobil itu bisa dibilang cukup bagus. Odometernya tinggi dan relatif no issue. Bukti bahwa Korea sekarang benar - benar serius membuat mobil.


Tetapi ia punya kekurangan yang lama kelamaan cukup mengganggu : ukurannya.


Mobil ini panjang dan lebar - secara visual tak nampak, tapi lebih lebar dari sebuah Pajero Sport, yang saya kira semua orang setuju bukan mobil yang kecil.


SantaFe sendiri sekarang sudah memasuki generasi ke empat yang semakin besar, dan kita juga harus mengakui bahwa Hyundai belakangan ini cukup serius membuat mobilnya terkesan mewah dan berkelas. Sehingga SantaFe yang ini dapat membuat anda bangga di tongkrongan - bersama dengan kawan - kawan sosialita yang membawa Fortuner, Pajero Sport, atau CR-V.



SantaFe generasi ke-empat yang sudah mengalami facelift di luar.

( sumber )


SantaFe adalah global product - mobil yang dipasarkan nyaris di seluruh dunia. Masalahnya, dunia kita tidak mengenal standar tertentu untuk ukuran "besar". Di Asia, mobil dengan lebar di atas 1,7 meter sudah dibilang besar. Sedangkan jauh di dunia barat sana, panjang 5 meter lebih dan lebar 2 meter adalah standar bagi penduduknya, di benua yang sama lahir sebuah brand electric vehicle, di saat yang sama ada manufaktur yang masih mencintai mesin V8 dengan melahirkan sebuah Dodge Demon. Sungguh sebuah dunia yang anomali.


Sehingga untuk memenuhi hasrat penduduknya yang menyukai mobil berukuran jumbo, pabrikan Asia pun seringkali mendefinisikan ulang tentang "besar" - lahirlah mobil seperti Mazda CX-9, Honda Pilot, Toyota Highlander, dan belakangan, dua pabrikan Korea Selatan pun mulai bermain : Hyundai Palisade dan KIA Telluride.

KIA Telluride - Hyundai Palisade. Dibangun di atas platform yang sama seperti Sorento dan SantaFe.

( sumber )


Di dunia sana - SantaFe hanyalah mobil ukuran normal saja, atau malah terlalu kecil. Tidak mungkin mereka berpikir menciptakan mobil - mobil ini jika tidak ada permintaan untuk mobil yang lebih besar.


Masalahnya, baiklah jika itu di dunia sana saja.


Tetapi belakangan ada rumor mengejutkan : Hyundai Palisade terdaftar di uji tipe samsat DKI Jakarta.



Hyundai Palisade (19) dengan NJKB sebesar 459 juta. Oh tentu saja jangan berharap harga jualnya segitu. Mimpi.

( sumber )


..... OK seriously, siapa eksekutif di Hyundai yang berpikir SantaFe kurang besar dan konsumen Indonesia butuh yang lebih besar ? Sepertinya mereka berpikir SantaFe tidaklah cukup untuk bersaing dengan Mazda CX-9.


Atau mungkin saya salah ?


Bagaimana jika sebenarnya orang Indonesia juga menyukai kendaraan besar - mengingat kendaraan favorit di sini berjenis MPV yang muat banyak orang ?


The Gap in SUV / Crossover Market


Selama ini, ada sebuah anomali di kelas SUV/Crossover.


Pembeli sedan atau hatchback kebanyakan bukanlah orang yang menaruh prioritas pada praktikalitas untuk muat banyak orang atau barang. Sedan, di Indonesia, ditentukan dari seberapa besar gengsi-meter yang ia berikan pada pemiliknya. Sehingga pembeli sedan Jepang biasanya tidak masalah jika harus "turun kelas" dari Toyota Camry ke Mercedes C-Class yang lebih kecil, dan gap harganya tidak terlalu berselisih banyak pula, sedan juga lebih "terjangkau" karena jarang yang berpenggerak empat roda.


Sementara case nya tidak begitu di SUV / Crossover. Pembelinya menaruh prioritas pada fungsi : seberapa besar ruang kabin, bagasi, muat berapa orang, sehingga pilihan SUV kita selalu terbatas dan terkesan "mentok" pada harga 600 juta-an.

VW Tiguan, salah satu pilihan "termahal" di harga 600 juta-an.


Di atas itu, anda hanya mendapatkan crossover kecil seperti BMW X1 dan Mercedes GLA yang secara ukuran jelas kalah jauh dari let's say, Pajero Sport. Otomatis untuk "naik kelas", pembeli SUV / Crossover harus merogoh kocek dua kali lipat - mengingat harga sebuah BMW X3 atau Lexus RX sekarang sudah semilyar lebih - dan fakta bahwa mobil - mobil ini biasanya berpenggerak All Wheel Drive (AWD), yang berkontribusi dengan "kegilaan" harganya.


Lexus RX, yang harganya sudah 1,4 Miliar di Indonesia.

( sumber )


Inilah yang membuat Mazda CX-9 menjadi instant hit. Maksudnya, tidak seperti Mazda CX-9 sebelumnya yang begitu eksklusif dan jarang yang punya, CX-9 yang ini sangat pasaran, sangat banyak yang punya, dan sudah kurang lebih dua - tiga orang yang saya kenal punya CX-9. Mobil ini dianggap menjembatani "ruang kosong" antara SUV Jepang dan Eropa. Nambah dari lima ratus ke delapan ratus jutaan jelas lebih mudah dan masuk akal ketimbang langsung lompat ke 1,2 Miliar, dengan fungsi yang kurang lebih sama.

Mazda CX-9.


Mobil yang didaftarkan uji tipe adalah varian bermesin diesel 2.2 Liter yang sama seperti SantaFe. Tentu saja, menghemat ongkos inventori parts dan training, karena mesin ini dipakai juga oleh SantaFe dan cukup populer. Walaupun saya berharap tipe V6 yang dipasarkan mengingat ia bisa jadi satu-satunya SUV bermesin V6 3.5 Liter yang harganya di bawah satu miliar. Tapi yah mengingat mesin bensin kapasitas besar identik boros di Indonesia, jelas peminat mesin diesel akan lebih banyak.


Benar tidaknya Palisade akan masuk Indonesia, hanya waktu yang menjawab. Belum ada pernyataan resmi dan mobil uji tipe belum tentu dipasarkan.


Tetapi jika benar - benar Palisade dijual - Hyundai perlu melakukan rebranding supaya lebih segar dan terkesan premium seperti Mazda. Bagaimanapun, menjual produk di atas 600 juta jelas berbeda dengan menjual mobil di bawah 200 juta.


Bagian belakang Hyundai Palisade

( sumber )


56 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page