SUV adalah kendaraan serbaguna.
Di 2020, SUV sudah bukan lagi mobil dengan ban tapak kasar, berisik, 4x4, dan bantingan keras. Saat ini, SUV memiliki fungsi sebagai kendaraan harian yang dapat mengangkut keluarga dengan nyaman, sekaligus tangguh, sekaligus mengangkat status sosial anda. Bahkan, SUV juga sekarang menjadi mobil balap.
Kebanyakan SUV justru habitatnya berada di dalam kota, di parkiran - parkiran mall dan VIP parking hotel, menjadi kendaraan dinas atau escort vehicle pejabat daerah atau negara. Mobil - mobil ini pun tak lagi populer karena memiliki penggerak 4x4, karena yang laku adalah varian 4x2 nya. Kalaupun tidak terkendala pajak, saya ragu varian 4x4 akan laku. Ban standar bawaan dari dealer saja berjenis H/T alih - alih A/T.
SUV seperti Fortuner dan Pajero Sport identik dengan kendaraan dinas pejabat daerah.
( sumber )
Toyota Fortuner adalah SUV terlaris di Indonesia - tentu saja jika kita mengambil kata "SUV" secara literal, mobil yang masuk kategori ini hanya sedikit sekali, karena sisanya adalah crossover. Mobil ini sangat populer untuk menjadi pilihan utama pejabat. Saking populernya Fortuner, sepertinya Toyota lupa bahwa mobil ini adalah SUV : mobil ini tidak dilengkapi kontrol stabilitas selain pada tipe tertinggi (VRZ 4x4) yang tentu saja harganya nambah seekor Agya.
Baiklah, Fortuner 4x2 memang tidak akan dipakai untuk off-road berat tentu saja. Mobil ini mayoritas akan lalu-lalang di jalur dalam dan luar kota dengan kecepatan tinggi (dan sirine tetot tetot wiuwiu nya).
Tetapi fakta ini justru lebih mengkhawatirkan di sebuah SUV. Apalagi Toyota Hilux pernah gagal melakukan moose test.
Dan kini, Toyota pun insaf. Nampaknya karena sekarang dari Rush dan Yaris saja sudah dilengkapi peranti kontrol stabilitas dan tujuh airbags.
Toyota Fortuner Facelift, sayangnya tidak masuk tipe Legender
( sumber )
Fortuner sebagai salah satu andalan Toyota pun mendapat paket fitur pengaman : Hill-start Assist (HSA), A-TRC (Automatic Traction Control), VSC (Vehicle Stability Control), dan yang unik lagi, Trailer Sway Control.
Trailer Sway Control, mungkin di Indonesia tidak familier karena jarang sekali membawa trailer. Tetapi minimal membantu anda jika punya usaha genset.
Dan kita menuju ke pertanyaan terpentingnya :
Seberapa penting SUV memiliki kontrol stabilitas ?
"Saya pakai Fortuner tanpa stability control baik-baik saja tuh, yang penting kan skill!"
Tidak ada prajurit bodoh di negara manapun maju berperang tanpa menggunakan baju loreng, vest pelindung, helm, dan rifle. Sehebat apapun tentara itu ia jelas bodoh jika maju tanpa perlengkapan mumpuni. Minimal, komandan anda akan menampar anda dan memberi sangsi.
Seperti itulah jika logika yang sama kita terapkan dalam medan perang.
Tidak semua negara memiliki kesadaran tentang road safety yang baik. Regulasi tentang perangkat keamanan di mobil juga tidak dimiliki semua negara - termasuk negara kita. Sejauh ini negara kita hanya mewajibkan seat belt tiga titik di mobil.
Fitur keamanan seperti stability control adalah sesuatu yang masih taken for granted selama ini. Kelengkapan keamanan mobil di Indonesia murni terdorong oleh kompetisi - bukan oleh regulasi. Pabrikan X memasang, yang lain mengikuti, and so on.
Peranti keamanan jadi semakin krusial ketika kita bicara mobil jenis SUV. Menurut studi dari NHTSA, tingkat resiko tabrakan pada SUV dengan kontrol stabilitas berkurang lebih dari 60 persen.
Whatever the name, what matters more is that stability control systems, in general, save lives. According to a U.S. National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) study, single-vehicle crash risks for cars were reduced by 35 percent while a 67 percent reduction was experienced by SUVs equipped with ESC systems. Fatal single-vehicle crashes were reduced about 30 percent (cars) and 63 percent (SUVs). An Insurance Institute for Highway Safety (IIHS) study experienced similar findings.
Secara fisika - SUV adalah benda yang tidak didesain untuk kecepatan tinggi di jalan aspal. Konstruksi ladder frame membuat titik gravitasi SUV lebih tinggi, dengan tendensi rolling yang tinggi, ditambah dengan ban besar bertapak kasar yang jelas tidak memiliki kemampuan cengkeram yang baik di jalan aspal, set suspensi yang tinggi untuk kapabilitas di jalur off-road, dan rasio setir yang sangat banyak, membuat SUV menjadi semakin rawan di jalan aspal.
Keberadaan perangkat keamanan elektronik di SUV jelas sesuatu yang patut kita syukuri. Banyak percobaan telah membuktikan bahwa hanya dengan programming ulang pada sistem elektronik, SUV anda dapat menjadi jauh lebih aman.
The Toyota delegation greeting us in IDIADA a sunny Sunday morning in late March is a big one. In total we count to a crew of ten people from Toyota were the majority comes from the company’s department of development. We start the day with a short briefing where Toyota people with Takenari Yamaguchi (Technical General Manager Vehicle Performance Engineering) at the forefront, once again go through what has been done with the car and what we are about to do today. In summary, the package of measures consists of a reprogrammed electronic stability control and elevetad tire pressure (+0,3 bar cold pressure) in the front tires at full load. Then – we are off to the track.
Tetapi bukan berarti dengan adanya perangkat keamanan, anda bisa berkendara seperti lunatic apalagi menggunakan sirine tetot tetot wiuwiu.
Kontrol stabilitas elektronik adalah benda yang dapat bekerja baik jika ia didukung oleh hardware dan yang terpenting - manusia yang baik pula. Memiliki kontrol stabilitas percuma saja jika mobilnya memang dari pabrik rancang bangunnya kurang baik, dan lebih parah lagi jika dikendarai oleh seorang yang tidak pengalaman.
Jadi, selamat untuk Toyota yang akhirnya insaf - dan tolong untuk pembeli Fortuner berikutnya : be responsible.
Comments