top of page
Writer's pictureChristian Aditya

The Nissan Paradox

Nissan baru saja merilis cikal-bakal salah satu produk terpentingnya :


Sebuah sportscar retro-modern, rear wheel drive, bermesin bensin, dan bertransmisi manual. Generasi ketujuh dari Fairlady Z : Nissan Z-Proto.

Nissan Z-Proto, beserta para pendahulunya.

( sumber )


Bagi anda yang penggemar merk Nissan mungkin agak bingung. Nissan adalah pabrikan yang sangat terobsesi dengan mobil listrik di masa depan, tetapi mengapa salah satu produk terpentingnya adalah mobil sport dengan format tradisional ?


Mobil ini bahkan bukan sebuah hybrid.


Nissan menyebutnya sebagai bagian dari "Nissan X Transformation Plan". Terdengar seperti proyek comeback setelah semua drama dengan ex-CEO nya - dan mengulang sesuatu yang dilakukan ex-CEO nya dulu : membangkitkan sebuah produk ikonik.


Intinya, melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh pabrikan manapun dari A (Ariya) to Z (Z-Proto). Yeah, maksudnya, melakukan dua hal kontradiktif sekaligus : mobil listrik masa depan yang autonomous dan mobil sport manual bermesin bensin. Dua hal yang sangat polar opposite.


Bahkan ini sesuatu yang dijelaskan sangat awal pada video unveiling. Nissan sudah menebak wajah geram para EV fanboys yang sudah berharap besar dengan teknologi baterai Nissan.


Z-Proto digarap dengan sangat serius. Bayangkan memadukan gaya desain era sixties pada 240Z hingga gaya modern pada 370Z. Ini bukan sekedar mendesain mobil retro modern, tetapi mobil retro modern dengan inspirasi selama lima dekade.

Siluet samping 240Z dan Z-Proto.

( sumber )


Maksudnya, adalah hal yang jauh lebih mudah mendesain sebuah Ford Mustang modern yang mengacu hanya pada Mustang di era sixties, ketimbang mendesain sesuatu yang inspirasinya adalah enam generasi - selama lima dekade.


And Nissan did a remarkable job.


Jika anda berpikir hasil akhirnya akan sangat complicated - sebaliknya, justru hasil akhirnya adalah mobil sport modern yang mungkin memiliki desain paling simple. Format fastback coupe yang khas pada Z lama dipertahankan, dan saya seperti melihat sedikit siluet Jaguar F-Type di sini. Kebetulan first generation Z dan Jaguar E-Type juga lahir di era sixties yang sama.

Bagian depan Nissan Z-Proto. Sangat mengingatkan pada generasi 350Z / 370Z.

( sumber )



Nissan 370Z. Front-end gemuk yang menjadi signature Z-car modern.

( sumber )


Dari lampu - lampu, pilar - pilar jendela, bonnet, semua mengambil inspirasi dari Nissan Z lama, hanya di beri kemasan baru. Bahkan warna kuningnya dikembangkan khusus - sesuatu yang tidak dimiliki Z lama karena teknologi pengecatan belum secanggih sekarang.

Bagian belakang Z-Proto yang terinspirasi oleh 300ZX

( sumber )

Bagian belakang 300ZX

( sumber )


Nissan juga mempertahankan gaya kokpit simple dengan horizontal layout - dan 3 meter gauges yang ikonik, dan tidak ada layar multimedia di tengah dasbor yang nongol - which is good.



Kokpit yang sangat sederhana dan fungsional, dengan tiga gauge yang merupakan signature dari Z.

( sumber )


Nissan ingin menghadirkan Z sebagai pure sports car experience, dan untuk mewujudkan hal itu mereka mewujudkan mimpi basah setiap petrolheads di muka bumi : mesin bensin 3 Liter twin-turbocharged 400 hp, bertransmisi manual, rem tangan manual, dan penggerak roda belakang.


Baiklah, bahkan pabrikan sebesar Nissan yang terobsesi dengan teknologi listrik saja merasa tidak ada jalan lain untuk membuat pengalaman sports car menjadi nyata, selain memberi formula paling basic sebuah sports car tradisional.


Kita memang masih belum mengerti spek underneath nya, teknologi suspensi dan sasis apa lagi yang akan digunakan, tetapi kita sudah lebih dari separuh jalan. Z-Proto seperti layaknya GT-R Proto, sudah sangat mendekati versi produksinya.

Nissan GT-R PROTO pada 2001. Mirip kan, dengan versi produksinya ?

( sumber )


Dan saya kira - mobil seperti Z ini ke depannya akan memiliki nilai sendiri.


Ia seperti kopi racikan manual di tengah penggunaan espresso machine.


Espresso machine memang dapat melakukan jauh lebih banyak, menghasilkan banyak varian kopi modern yang dapat diminum oleh masyarakat luas - di sinilah mungkin posisi mobil listrik di masa depan : mobil ini akan dapat diterima oleh masyarakat luas sebagai commuter sehari - hari.


Tetapi it's just it. Ia kehilangan sesuatu yang kita dapatkan di sebuah mobil tradisional bermesin bensin. Mobil sport tradisional bermesin bensin memiliki citarasa tersendiri - yang ke depannya akan menjadi semakin langka, tetapi at the same time : semakin dicari, dan nilainya semakin tinggi.


Mobil bermesin bensin akan selalu ada bagi mereka yang menghargai driver involvement, menghargai proses memindahkan gigi dari satu percepatan ke percepatan berikutnya, kenaikan putaran mesin untuk mendapatkan puncak tenaga dihiasi suara mesin yang menyenangkan, permainan tiga pedal gas, rem, kopling yang menjadi seni tersendiri dalam berkendara di mobil bensin tradisional.


Jika ke depan mobil listrik semakin diminati dan dapat membantu pabrikan tetap survive untuk memproduksi sports car tradisional - I'll be happy with it.

54 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page