Kapan terakhir kali anda mendengar sportscar Nissan - selain GT-R ?
Jika anda baru berusia 14 sampai 17 tahun pada 2020, saya yakin anda asing dengan Nissan Fairlady. Minimal, anda hanya mengerti 240Z atau 350Z saja, karena dua itu yang paling terkenal berkat pop culture.
Sejarah Fairlady dapat ditelusuri bahkan sejak Nissan masih menggunakan merk Datsun - Datsun 240Z adalah salah satu "mobil jagoan" di anime / manga Wangan Midnight - populer dengan arcade game nya : Maximum Tune, yang shifternya langganan rusak karena dimainkan kasar dan terlalu sering.
Sering kelihatan di game center terdekat di kota anda.
( sumber )
Di anime dan manga nya, mobil ini adalah sebuah 240Z dengan mesin L28 milik 280Z bertenaga 600 hp, memiliki julukan "The Devil Z" akibat bad omen yang dimiliki oleh para penggunanya, entah sering kecelakaan atau meninggal.
The "Devil Z", Fairlady 240Z bermesin L28 yang dimiliki oleh seorang pemuda bernama Akio Asakura.
( sumber )
Sedangkan 350Z terkenal berkat Fast and Furious - Tokyo Drift. Menjadi mobil Takashi - the Drift King (DK). Sekaligus menjadi mobil yang menghiasi car scene Indonesia di awal 2000-an, bersamaan dengan Mazda RX-8, karena terjangkau dan sempat dijual oleh ATPM Nissan Motor Indonesia.
Nissan 350Z "Veilside" di Tokyo Drift, yang membuat mobil ini jadi ikonik.
( sumber )
Sisanya mungkin kita pernah dengar - atau bahkan tidak pernah tahu bahwa itu adalah generasi Nissan Z, yang juga memiliki nama keren "Nissan Fairlady Z". Nissan 280Z, 300ZX, misalnya.
Nissan 300ZX, tidak terlalu familier di Indonesia, tetapi salah satu mobil yang cukup populer di car scene luar negeri
( sumber )
Tidak banyak yang mengerti bahwa Fairlady Z modern - 350Z, memiliki penerus bernama 370Z. Mobil ini tidak sepopuler predecessornya, karena secara bentuk tidak berubah banyak, dan tidak banyak menghiasi pop culture. Kalaupun ada di film, hanya sepintas lalu saja, tidak menjadi "hero car" atau lebih tepatnya "villain car" seperti 350Z.
370Z hanya muncul sepintas saja di Fast Five
( sumber )
370Z lahir di 2008, dan terlupakan - sampai sekarang. GT-R R35 juga sama, walaupun nasibnya masih lebih baik, karena lebih sering di-update.
Lalu baru saja ada kabar : Nissan meluncurkan "The New Z". Masih diberi nama Z-Proto, dan rumor has it - nama resminya adalah Nissan 400Z, besar kemungkinan menggunakan mesin 3.0 Liter VR30DDTT Twin Turbo.
We don't yet know what will be under the hood of the upcoming car, but it's not unreasonable to suspect that the next-gen Z (which has been rumored to be called the "400z" for quite some time) will package the same 400-horsepower VR30DDTT found in the Infiniti Q60 Red Sport. It's also worth mentioning that the Z may also see an electrified variant later in the product's lifecycle, but something tells us that Nissan's initial announcement will focus on a post-Ghosn return to the Z's roots.
Mengejutkan.
Beberapa post lalu kita baru saja membahas Nissan sebagai mainstream car maker yang punya antusiasme tinggi dengan mobil listrik. Dengan tren ini, seakan kita dibuat pasrah dengan masa depan sportscar ikonik seperti Z dan GT-R. Kita berpikir kalaupun ada Nissan sportscar baru - ia akan bermesin listrik. Mungkin seperti Mustang Mach-E atau Mitsubishi Evolution yang menjadi crossover dan bertenaga listrik.
Ternyata tidak. Munculnya "New Z" kita masih bisa berharap bahwa sports car punya masa depan.
Lalu di tengah antusiasme membuat mobil listrik - Nissan membocorkan satu hal yang menarik bahwa sportscar berikutnya adalah coupe bertransmisi manual, dan bermesin bensin.
Tetapi hal ini menjadi pertanyaan besar - setidaknya bagi saya, dan mungkin bagi anda - anda yang mendadak menjadi pecinta lingkungan dan pendukung cult mobil listrik :
Mengapa sebuah pabrikan seperti Nissan yang sepertinya fokus dengan mobil ramah lingkungan, malah memproduksi mobil sport yang masih konvensional ?
Seperti sebuah ironi pada pabrikan seperti Toyota yang fokus dengan mobil Hybrid dan Nissan dengan mobil listrik - bahwa sportscar mereka justru full bermesin bensin.
Toyota Supra, walaupun secara esensi ia adalah sebuah BMW - tetapi mengapa Toyota tidak membuat sebuah Supra Hybrid saja ?
( sumber )
Apakah listrik hanyalah sebuah trend ?
Marketing Bluff ?
Atau simply karena cost nya masih tinggi dan beberapa kelemahan fundamental mobil listrik yang belum teratasi seperti bobot ?
Hanya waktu yang bisa menjawab.
( sumber )
Comments