"Tidak penting apakah kucing itu berwarna hitam atau putih, asalkan ia bisa menangkap tikus".
Sebuah pepatah terkenal dari Deng Xiaoping, seorang pemimpin Tiongkok dengan mimpi besar untuk memajukan negaranya dari segala sisi. Ia mereformasi segala sektor baik dari kebijakan sosial, ekonomi, politik, dan salah satunya adalah tentang investasi asing.
Lukisan Deng Xiaoping yang diabadikan di Shenzen.
Dan yang terakhir adalah jawaban mengapa Tiongkok menjadi sangat kuat saat ini. Semua orang berdagang dengan Tiongkok.
Saya pernah dinasehati oleh beberapa orang tentang kalau mau sukses kamu mesti ngerti dikit-dikit bahasa Mandarin, bahkan bahasa mandarin sudah masuk ke kurikulum beberapa sekolah swasta, sekolah saya termasuk.
Dan sekarang saya sudah lupa bahasa Mandarin.
Tiongkok. Stereotip yang selalu melekat dengan orang Tiongkok adalah mereka sangat cerdik urusan dagang, dan ini terbukti, Tiongkok membuka keran investasi asing dengan sangat hati - hati, tetap kedaulatan negara adalah yang utama bagi mereka.
Strategi cerdik Tiongkok adalah "you boleh berdagang, bikin pabrik, pake buruh orang-orang wo, tapi wo tetep yang pegang kendali, you ikut wo punya aturan main".
Untuk berinvestasi di Tiongkok, perusahaan asing tidak boleh punya kepemilikan lebih dari 50%, semua perusahaan asing di Tiongkok otomatis menggunakan skema kongsi / joint-venture dengan industri lokal.
China currently restricts foreign auto firms to a maximum of 50 percent ownership of joint ventures with local companies.
Tidak cukup di situ saja, joint venture ini juga mewajibkan "Forced Technology Transfer" dari para investor ini.
How can the Chinese government compel a firm to share its technology? Good question. China has some unique economic bureaucratic features that facilitate the enforcement of the practice. For one, foreign direct investment in China is still partially closed. This means that, in order to operate in certain industries in China, foreign companies must operate through joint ventures. The joint ventures partner with multinational and local companies, not allowing the multinational firms to hold a controlling stake in the partnership. These partnerships can force foreign companies to share their sensitive, private technology with local, domestic firms - firms they may end up competing with in the free market, later on.
Jadi menang banyak, dapat peningkatan ekonomi, dapat juga teknologinya.
Di satu sisi bagi investor asing, Tiongkok adalah pasar yang gemuk, tidak mungkin dilewatkan begitu saja. Lebih dari satu miliar penduduk, dan jika mereka bisa membuat pabrik di sana, tentu ada penyerapan tenaga kerja, dan tenaga kerja di Tiongkok jelas lebih murah dibanding negara - negara barat, dan Tiongkok strategis, dapat menjadi basis untuk ekspor negara - negara Asia lain. Jadi, ini semacam : take it or leave it.
Meski aturan ini akan dilonggarkan oleh President Xi Jinping, tapi sekali lagi ini permainan cerdik dari Tiongkok, sekarang mereka sudah kadung jadi superpower ekonomi dunia.
Kasarnya mereka udah terlalu kuat, masyarakatnya sudah pinter - pinter dengan teknologi, baru ngelonggarin kebijakan investasi asing. Perusahaan lokal mereka sudah mampu bersaing dengan raksasa industri lain seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan.
Beijing will this year end shareholding limits for new-energy vehicle firms such as electric carmakers, according to the National Development and Reform Commission (NDRC).
Smart at business, as usual.
Nyaris semua produk yang kita pakai, sedikitnya, ada komponen buatan Tiongkok di sana. Mungkin saja, malah dengan sadar anda membeli produk elektronik bermerek Tiongkok : Huawei, ZTE, Xiaomi.
Atau malah mungkin anda adalah salah satu pengguna mobil bermerek Tiongkok : Wuling.
Wuling Motors, induknya bernama Liuzhou Wuling Motors Co. Ltd. Perusahaan ini melakukan joint venture dengan SAIC (Shanghai Automotive Industry Corporation) dan General Motors (GM). Menjadi SAIC (50,1%)-GM (44%)-Wuling (5,8%) - Disingkat SGMW.
Bukan kaleng-kaleng. Grup kongsi otomotif ini adalah raksasa otomotif Tiongkok, produknya sangat booming : Wuling Hongguang (Confero) sangat diminati di sana, lima ratus ribu unit terjual di Tiongkok saja, ya, lima ratus ribu unit. Investasinya trilyunan di Indonesia.
Investasi SGMW Group sebesar USD 700 juta, salah satunya adalah membangun pabrik seluas 60 hektar di Bekasi.
Sedangkan SAIC Motor sendiri, membawahi sebuah merek Inggris - MG (Morris Garage). Salah satu perusahaan asal benua biru, yang "jatuh" ke tangan Tiongkok, selain Volvo.
MG, sebuah pabrikan Inggris tua. Namanya tak terlalu beken ketimbang Jaguar atau MINI. Tetapi dulunya merek mobil sport. British Legend, katanya.
SAIC Motor memasukkan merek ini melalui ATPM yang berbeda ke Indonesia, entah kenapa, meski di Indonesia sudah ada SGMW Motor Indonesia, MG masuk melalui ATPM SAIC Motor.
SAIC Motor dan afiliasinya : SAIC Volkswagen, MG, SAIC-GM, SAIC-GM-Wuling, Hong Yan, IVECO, Sunwin, Maxus.
( https://www.chinapev.com/saic/saic-maxus-announce-new-mpv-g20-will-list-on-shanghai-auto-show-2019/ )
Tetapi urusan produksi, numpang di pabrik Wuling.
Pernyataan Kukuh diamini oleh kolega Motoris di Kementerian Perindustrian. Namun, kata dia, SAIC tak akan berinvestasi membangun pabrik untuk memproduksi mobil-mobil MG.
Pabrikan yang juga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pemerintah Cina itu, akan merakit produk-produk tersebut di fasilitas produksi atau pabrik milik PT Wuling Motors Indonesia. “Informasinya, penggunaan fasilitas produksi (pabrik) Wuling Motor Indonesia itu juga bertujuan agar kapasitas produksi terpasang pabrik Wuling di Indonesia juga bisa terpakai secara optimal,” kata sang kolega saat dihubungi, Kamis (26/12/2019).
Baru ada satu model yang diperkenalkan MG Indonesia : ZS. Sebagai brand Inggris, nama ini mungkin terinspirasi dari perkataan terkenal seorang sastrawan Inggris : William Shakespeare : "what's in a name?"
ZS, aslinya adalah nama sedan sport buatan MG Rover tahun 2001 - 2005, berbasis dari sedan Rover 45. Mirip dengan Mitsubishi yang juga hobi menggunakan nama produk lawas untuk jualan lineup baru : Eclipse, Mirage, Evolution.
MG ZS yang "asli"
ZS 2020 bukan mobil sport. Ia crossover, jenis mobil yang sedang booming di seluruh dunia. Tampangnya sangat generik dengan crossover buatan Asia lain dengan curvy lines dipadu garis - garis tegas , market yang diincar sepertinya lagi - lagi anak muda. Tidak terlalu menonjol, tapi juga tidak jelek. Bentuknya masih kalah eksentrik dengan saudaranya - Wuling Almaz. Oh ya, MG punya kembaran Almaz - MG Hector.
MG ZS di Indonesia
Mobil kembar empat : Chevrolet Captiva (kiri atas), MG Hector (kanan atas), Wuling Almaz (Kiri bawah), Baojun 530 (Kanan bawah)
Secara spesifikasi ZS hanya dibekali mesin 1.500cc tanpa turbo 114hp, dengan transmisi 4-percepatan otomatik. Spek yang sangat generik.
Mesin 1.5L DVVT bertenaga 114 hp / 150 Nm.
Fitur ? Ya, mungkin sunroof jadi satu daya tarik, dan harganya di bawah 300 juta.
Jadi mobil merek Inggris dengan wajah yang tidak Inggris sama sekali, spek teknis yang rata-rata, dan bukan sebuah mobil 7-seater, yang mana pasar terbesar di Indonesia.
Atau, ini adalah strategi ? Mengingat Tiongkok adalah ahlinya berdagang. Bukan tidak mungkin SGMW Group sedang "test the water" dengan dua merek berbeda untuk melihat bagaimana respon masyarakat dan kompetitor dihadapkan dua merek berbeda. Kita masih belum tahu, MG baru sebentar saja, baru satu produk.
Yang pasti adalah :
Tiongkok adalah ahlinya berdagang. Dagang dan perang punya satu kesamaan : sama - sama butuh strategi.
dan
Ahli strategi perang banyak yang berasal dari Tiongkok.
Comments