Spiritual Successor - adalah istilah untuk suatu objek yang memiliki kesamaan secara karakter. Ia tidak harus berhubungan secara historis atau tradisi - tetapi mewarisi nilai - nilai yang sama.
Pada artikel ini , saya sempat menyinggung bagaimana sebuah Honda Brio adalah spiritual successor dari Honda Jazz. The "original" Honda Jazz, GD-series. Brio jelas bukan penerus Jazz, karena Jazz sudah memasuki generasi ketiga (GK). Tetapi saya menemukan ada banyak sekali kesamaan antara Honda Jazz lama dan Brio, secara karakter.
Brio dirancang untuk menjadi city commuter yang kompak, hemat, dengan praktikalitas tinggi : ruang kabin luas dan bagasi yang proper. Serta, harga yang terjangkau. Saya kira, dengan harga Jazz yang sudah mendekati 300 juta rupiah, fair untuk kita katakan bahwa ia tidak lagi murah dan ini salah satu faktor yang membuat Jazz saat ini terasa kurang bergairah.
Sejak keluar Brio generasi kedua, setiap citycar di jalan raya adalah Honda Brio. Rasanya tidak sedetikpun lewat di jalan raya tanpa melihat Brio varian apapun dan warna apapun. Mobil ini begitu laris manis mengalahkan para kompetitor yang lebih murah.
Honda seperti percaya diri dari awal memasang harga citycar nya di atas rival - rivalnya, seperti bold statement bahwa mobil kami kualitasnya di atas.
Jadi, apa yang membuatnya begitu diminati ?
A More "Serious" Approach
Pembeli Brio rata-rata adalah first timer, mahasiswa / mahasiswi, atau ibu-ibu, karena untuk usaha taksi online lebih make sense membeli Sigra atau Calya yang lebih murah.
Jika Brio lama terlihat cute - lampu dan bentuk depan membulat, Brio baru justru terkesan seperti hatchback yang serius. Mengotak, dan lebih ke pendekatan konvensional - lebih mengedepankan fungsi.
Tetapi kesan serius pada desain ini justru yang membuatnya lebih bisa diterima. Masih terlihat chic untuk kaum wanita, tetapi untuk pria juga masih ada kesan maskulin - dibanding Brio lama. Jujur saja, saya termasuk yang kurang pede naik-turun mobil jenis citycar karena desainnya rata-rata terlalu cute.
Plus side nya adalah secara fungsi, kini ia memiliki bagasi yang proper, sehingga tidak ada lagi alasan orang batal beli Brio karena bagasinya kecil. Legroom belakangnya juga sangat-sangat luas.
Tinggi saya 175 cm... sangat sangat besar untuk ukuran citycar
Yes, akhirnya Brio punya bagasi yang proper.
Bagi yang ingin extra space tanpa harus membeli mobil 7-seater yang gaya desainnya kaku, Brio adalah jawaban. Sama seperti Jazz GD dulu adalah alternatif untuk orang yang tidak ingin beli Avanza atau Kijang karena hanya butuh praktis tanpa harus 7-seater.
Dan logo H besar di depan, mengangkat gengsi di pergaulan, tentu saja.
The Aging Interior
Saya tidak akan nitpicking kualitas perakitan karena menurut saya - economy car seperti ini tidak akan memiliki kualitas kepresisian perakitan seperti sebuah Civic atau Accord. It is what it is.
Komplain terbesar saya dari interior mobil ini bukan soal kualitas, tapi... desain !
"Salam satu dashboard" ini membuat Honda terkesan seperti malas mendesain dasbor baru.
Honda 5 tahun ke belakang ini seperti malas sekali mendesain interior baru untuk mobil-mobilnya. Persis sekali dengan Brio facelift terakhir, bahkan doortrim pun masih sama persis dengan Brio keluaran 2012 - yep, bagian yang paling saya tidak suka dari sebuah Brio lama maupun baru, termasuk derivatif variannya : Mobilio dan BR-V.
Speedometer saja ala mobil '90an, seperti panel yang dicetak langsung dengan angka-angka dan jarum. Di zaman dimana speedometer Suzuki Ignis saja berusaha memanjakan mata drivernya dengan optitron warna biru cerah dan MID digital besar.
Unexpectedly Nice to Drive
Forte terbesar mobil ini - dan inilah alasan mengapa anda harus membeli sebuah Brio, adalah pada sektor driving. No doubt, saya berani bilang : best in class.
Mesin mobil ini L12B 90hp dengan transmisi CVT, tetapi saya tidak mau berkomentar banyak soal ini. Mengapa ? Karena ada catatan mobil ini belum melakukan perawatan berkala, dan memang terasa sekali seperti mesin yang kurang terawat. Dugaan saya saringan udaranya memerlukan penggantian.
Menurut beberapa sumber akselerasi Brio 1.2 CVT ada di 12 detikan, yang artinya standar untuk kelas ini, dan believable. Karena putaran tengah-atas mobil ini memang cukup kuat, walaupun sekali lagi memang kondisi mesinnya kurang maksimal.
Yang menjadi surprise saya justru di level refinement sasisnya, dan ini adalah salah satu highlight terbesar pada Honda Brio.
Sebenarnya saya tidak terlalu berharap mobil ini akan terlalu baik urusan kaki - kaki, yah berisik-berisik dan glodakan pun sebenarnya wajar karena ini mobil ekonomis.
Tiba pada momen mobil ini akan melintasi rel kereta saya sudah siap-siap dengan segala suara dan redaman kasar - untuk mencari celah menjatuhkan mobil ini, karena ini adalah kelemahan terbesar Honda, terutama lineup ekonomis seperti Brio.
... errr... sudah, gitu aja ? Tidak ada bunyi klotok-klotok-gradak-gruduk, tidak ada bantingan suspensi yang menghajar bokong. Brio melewatinya dengan sangat tenang.
Penyebabnya adalah penggunaan suspension bushing baru, dan ini memberi peningkatan kenyamanan yang sangat drastis.
Saya tidak menyangka level kekedapan kaki-kakinya akan sebagus ini, I mean, this is an economical Honda, it should be... harsh ?
Ya, menurut Tsutomu Harano, Large Project Leader (LPL) All New Brio, per suspensinya pakai yang lebih keras, lalu batang stabilizernya juga kini lebih besar, serta dilakukan perubahan pada dumper dan bushing.
Dengan fakta bahwa dimensinya bertambah sangat banyak : wheelbase bertambah 60 mm, panjang bertambah 190 mm, dan semakin berat 20kg. Teorinya, mobil semakin berat akan semakin tidak lincah.
Nyatanya tidak, New Brio justru terasa sama lincahnya, bahkan bagian moncong mobil terasa lebih nurut dan flexing di bagian pantat berkurang. Selain penggunaan stabilizer bar lebih besar, juga saya rasakan ada peningkatan kekakuan pada bodi, karena bagian moncong terasa lebih nurut.
Ini juga terbukti dari klaim pembalap Alvin Bahar :
“Di sirkuit Sentul, Brio baru bisa lebih cepat hingga 0,5 detik untuk setiap lap,” ucap Alvin di sela-sela acara Honda Brio Media Test Drive, Bali (17/10).
I'd hate to say this, tapi menguji New Brio di jalan yang sama biasa saya lalui dengan Civic FK, rasanya tidak jauh berbeda dalam kualitas redaman kaki-kaki. Jangan salah, Civic FK masih jauh lebih baik, tetapi karakternya sedikit banyak mirip.
It's just... THAT good.
Raising the Bar, Again.
Kritikan pedas terkadang adalah pecutan untuk menjadi lebih baik.
Itulah yang mungkin sedang dilakukan Honda dengan mobil terkecilnya. Angka penjualan mobil yang tidak sedikit jelas membuat mobil ini salah satu jagoan utama selain HR-V dan CR-V.
Mungkin tak sedikit pula orang yang mengkritik minimnya kualitas sebuah Honda Brio. Bagasi kecil, interiornya yang terlihat "murah" di batch awal, lalu seringnya muncul bunyi-bunyian dan kaki-kakinya yang keras dan glodakan.
Honda, mendengarkan keluhan para penggunanya, memperbaiki secara gradual, bits by bits, dari mengganti dashboard - lalu sekarang ubahan menyeluruh pada kualitas berkendara - dan bagasi yang lebih besar.
Malah buat saya, improvementnya kelewat jauh. Ini seperti Honda sedang menaikkan level persaingan lebih tinggi pada kompetitornya.
Brio yang baru telah membuktikan bahwa ia layak dimiliki, dan layak disebut sebagai penerus spiritual dari Honda Jazz lama : mobil yang fun, dinamis, dan praktikal.
It is indeed, a sweet lovable car.
Comments