Kita semua setuju : mobil bukanlah aset, ia adalah liability. Nilai ke-ekonomiannya akan terus menurun seiring waktu. Memang ada anomali pada mobil - mobil antik, tetapi mobil antik sudah termasuk barang seni, pasarnya terbatas, barang hobi. Ia tidak masuk hitungan.
Resale Value - adalah topik yang sangat hangat di kalangan petrolheads.
Bagi sebagian petrolheads, punya prinsip "mobil dibeli untuk dinikmati, bukan untuk dijual kembali, jadi nggak perlu mikirin nilai jual kembali".
Ini seringkali adalah bentuk kritikan pada orang - orang yang terlalu pusing dengan ngejual kembali mobil padahal beli saja belum, dan saya setuju : mobil memang buat dinikmati, untuk apa pusing dengan nilai jual kembali, tetapi tidak mendapatkan kualitas mobil yang benar - benar kita inginkan ?
Let's face it, jika anda benar - benar membeli mobil dengan pertimbangan nilai jual kembali, pilihan anda hanya akan berkutat pada Toyota Innova dan Avanza. Mobil yang sangat laris dan demand nya tinggi.
Tetapi , kita setuju bahwa Avanza dan sebuah BMW itu, dua mobil yang berbeda. Secara kualitas dan pengendaraan, clearly BMW seri-5 dari segala sisi lebih baik dari Avanza.
Tetapi harga jual kembali BMW juga tidak sekuat Avanza, malah cenderung sangat drop. Jika pertimbangan awal anda adalah resale value, anda jelas akan melewatkan sebuah BMW.
Masalahnya, apa itu resale value ? Mengapa BMW punya resale value lebih jatuh dari Avanza ?
Pernyataan "beli mobil untuk dipakai, bukan untuk dijual kembali" ini tidak menjawab pertanyaan mengapa ada satu mobil yang harga jualnya lebih tinggi daripada yang lain.
The fact is, kualitas dan fitur mobil tidak terlalu berkorelasi dengan harga jual kembali. Harga di pasar hanya ditentukan oleh dua hal : supply and demand. Jumlah unit di pasar berbanding permintaan di pasar, dan mobil "pasaran" seperti Avanza itu lebih baik secara ekonomi, karena permintaan dan persediaannya sama-sama tinggi.
Mobil yang permintaan pasarnya tinggi harga jual kembalinya juga pasti kuat.
( sumber )
Pertanyaan lanjutannya : Apa yang membuat permintaan pasar tinggi ?
Pertama, kemampuan ekonomi. Daya beli masyarakat sangat berperan dalam menentukan mobil mana yang diminati pasar.
Mobil seperti Avanza memang didesain, dirancang, dan dijual dalam kemampuan ekonomi rata-rata masyarakat. Jika anda mau iseng survey, semakin tinggi harga mobil, tingkat depresiasinya akan semakin tinggi, karena semakin jauh dari daya beli masyarakat, semakin sedikit yang membeli, permintaan pasar juga sedikit.
Sedangkan mobil dengan harga di bawah 200 juta, rata-rata depresiasinya tidak terlalu dalam. Permintaan pasarnya cenderung tinggi, apalagi mobil - mobil ini rata-rata berjenis MPV dan citycar yang diminati untuk rental dan ride-share services (G*ab / G*jek).
Toyota Calya / Daihatsu Sigra, favorit untuk ride-share services.
( sumber )
Semakin banyak yang mampu beli, populasinya makin banyak, maka model dan merk itu semakin dikenal, dan makin banyak yang mengerti reputasinya. Karena itu bagi si pembuat, mobil seperti ini harus punya reputasi baik pada marketnya, dan reputasi baik nan fundamental dalam mobil ekonomis (economy car) adalah harus serba mudah dan murah, serta tahan banting.
You can't control what an automaker does, but their decisions may impact the future value of your car. Consider the Volkswagen Dieselgate scandal, which damaged VW's reputation and impacted the value of all diesel vehicles. And if you want to go back even further in the car timeline, consider the Ford Pinto of the 1970s. If you were trying to sell a Pinto now, you'd probably have a hard time giving it away, given the cars' tendency toward spontaneous explosion. In short, whether the automaker does something unscrupulous, or it turns out there's a big problem with the car itself, your car's value may suffer the consequences.
Saya kira istilah economy car juga digunakan karena mobil-mobil ini baik secara ekonomi : depresiasi rendah, mudah dijual kembali, dan secara tidak langsung - menghidupkan ekonomi : taxi services, logistik, toko spare parts dan aksesori, bengkel, pokoknya segala sesuatu yang berhubungan dengan ekonomi.
Mobil yang tidak memenuhi kualitas ini, jelas akan kalah bersaing, dan harga jualnya tidak akan kuat. Karena memang harus diakui ada beberapa "economy car" yang "not economical at all" : rewel, tidak awet, sering ke bengkel, servisnya mahal.
Sering ke bengkel memang membuat laris toko spare part dan bengkel, tetapi lama kelamaan popularitas mobil akan menurun, dan bengkel isinya hanya mengurusi mobil - mobil ini yang semakin tua, semakin menjadi endless money pit. Tidak ada pertambahan unit di jalan.
Kasusnya berbeda mobil "mewah" / luxury cars : konsep awalnya memang tidak dibuat untuk menjadi economy car. Pangsa pasar pembelinya adalah orang yang mapan dan kuat secara ekonomi.
Jadi jika anda penikmat mobil dan ingin membeli mobil yang dapat dinikmati, memang benar : tidak usah terlalu pusing dengan resale value. Karena berati anda memang bukan target market yang dituju oleh economy car tadi.
Tetapi saya kira inipun kita mesti punya pertimbangan rasional.
Pertama, jika anda orangnya bosenan, mobil dengan resale value rendah akan merepotkan anda, karena ada masalah lain selain resale value : likuiditas. Mobilnya sulit dijual karena kurang peminat. Bisa saja anda tawarkan ke showroom, dan besar kemungkinan akan dihargai sangat rendah, dan belum tentu semua showroom mobil bekas berani mengambil. Ini adalah unit yang berpotensi ngendon kelamaan di showroom. Yes, it's not really good for the economy.
Pengalaman dengan "mobil jarang" seperti Volkswagen Golf MK6, lebih mudah ditawar harganya karena memang mobil sepi peminat.
Kedua, apakah anda punya cukup waktu ? Karena jika anda membeli mobil jenis "hobi" atau "luxury cars", mobilnya tidak didesain untuk ekonomis dalam waktu lama, banyak teknologi canggih yang bisa tiba-tiba ngadat pada periode pemakaian tertentu. Andai anda punya uang sangat banyak sekalipun, tapi ada waktu yang anda investasikan untuk berburu spare parts dan ke bengkel berkali - kali. Terkadang pergi ke bengkel itu menyenangkan, tapi jadi mengesalkan jika anda sedang sibuk - sibuknya. Lagian, apa poinnya menikmati mobil mewah jika hanya berakhir ke bengkel terus - menerus ?
Anugrah Motor, salah satu spesialis BMW di Jakarta.
( sumber )
Dan ini masuk ke poin ketiga : community. Apakah mobil anda punya basis komunitas kuat ? Karena mobil dengan basis komunitas kuat akan sangat memudahkan dalam hal service dan parts, serta untuk menjual kembali lebih mudah karena hampir pasti - banyak member komunitas yang siap menampung.
Mobil dengan basis komunitas kuat akan sangat membantu dalam hal perawatan, termasuk juga penjualan.
( sumber )
Plot twistnya saya kira, adalah para pembeli luxury cars ini juga membeli economy car untuk menunjang pekerjaan. Entah untuk pribadi atau perusahaan. Tidak sedikit konglomerat dengan mobil Kijang Innova untuk menunjang pekerjaan, walaupun di garasinya ada Mercedes S-Class baru.
Comments