top of page
  • Writer's pictureChristian Aditya

Does a "Perfect Car" even Exist ?

Judul ini terdengar absurd bagi anda, mungkin.


"Mana ada mobil yang sempurna ?"


Jawabannya sangat obvious : tidak ada. End of story.


Tapi ya, mengapa kita tidak memiliki satu mobil - untuk semua keperluan ? Tidak membuat satu mobil yang benar - benar sempurna supaya dapat digunakan oleh semua orang ?


Pertanyaan yang sangat kompleks.


Untuk menjawabnya mari kita gunakan satu contoh mobil :


Toyota Kijang Innova.

Kijang Innova, the "seemingly-perfect" car for everyone, huh ?

( sumber )


Mobil ini dianggap "mobilnya orang Indonesia", multi fungsi, all-rounder, serba bisa : ia bisa muat orang banyak, muat barang banyak, sekaligus jadi mobil balap, tentu saja dengan beberapa ulikan dan tetap irit.



"can-do-anything" car, eh?

( sumber )


Tetapi sodorkan Kijang Innova ke pengusaha angkutan barang, mereka akan bertanya apa mobil ini kuat diberi beban di atas 2 ton ?


Sodorkan ke pengusaha travel atau bus antar kota, bisa membawa lebih dari 10 orang ?


The fact is, bahkan sebuah mobil yang dianggap all-rounder saja tidak bisa memuaskan semua orang. Ia tidak menjadi mobil ajaib yang serba bisa.


Compromises


Kompromi. Sepertinya kata ini memiliki lebih banyak stigma negatif daripada positif. Kata - kata yang terkesan jauh dari idealisme dan membuat anda akhirnya harus kalah dengan kenyataan.


Tetapi saya menemukan kata kompromi justru bukan sebuah kata negatif. Tergantung dimana anda menggunakannya dan seberapa besar kompromi yang anda lakukan.


Dalam dunia design dan engineering - penting sekali untuk berkompromi. Apalagi berkaitan dengan sesuatu yang dibuat untuk market. Akan dipakai oleh banyak orang.


Dan di dunia ini apa sih yang tidak berkompromi ?


Satu hal yang tidak bisa dilawan oleh orang sejenius apapun adalah : hukum fisika. Setiap kita berhadapan dengannya setiap hari. Air akan membuat tubuh anda basah, itu adalah hukum fisika. Anda tidak mandi tanpa membuat diri anda basah lalu perlu waktu lebih untuk mengeringkan. Setelah dikeringkan tubuh anda akan menghangatkan dirinya sendiri sehingga anda tidak mati beku. Tidak akan terjadi yang sebaliknya.


Logika yang sama berlaku di engineering.


Anda tidak bisa membuat mobil seperti Innova : muat 7 penumpang dengan handling dan sensasi mengemudi seperti Lambo Aventador. There is just no way to it.


Tidak peduli Innova mau anda pasang mesin V12 diletakkan di tengah kabin - itupun juga sudah kompromi untuk kapasitas penumpang, atau sasis full carbon fiber yang akan mengkompromikan soal biaya dan kemampuan setara medium duty trucknya yang hanya didapatkan di profil sasis ladder, mau anda ceperin serendah apapun, air flownya juga tidak akan pernah setara.


Kalaupun anda sudah menemukan cara membuat mobil setinggi Jeep Trackhawk atau Range Rover Sport bisa stabil di track, hukum fisika tetap tidak mengizinkan keduanya se-stabil sebuah Nissan GT-R. Air Flow yang melewati bodinya saja sudah berbeda, travel suspensinya berbeda, segala - galanya berbeda.

Jeep Grand Cherokee Trackhawk

( sumber )


Karena itu ide tentang "the perfect and ideal car" itu absurd. Bahkan kata "perfect" sendiri tidak definitive. Kita semua tak pernah sepakat dengan apa yang disebut "perfect". That really says something, isn't it ?


Ide tentang kesempurnaan itu sama seperti ide Tuhan yang "maha sempurna" ; kita tidak pernah sepakat, bahkan jika anda berada di satu agama dan satu tradisi yang sama sekalipun.


"Sempurna" hanya ada ketika satu brand dan satu model memonopoli di sebuah kota atau negara. Sempurna, karena tanpa persaingan.


Masalahnya automotif adalah free market yang penuh kompetisi - bahkan "terbaik" di satu segmen / kelas sendiri juga debatable. "Terbaik" ini didefinisikan oleh apa dan siapa ?


Ambillah contoh Avanza versus Xpander.

Xpander - banyak dipuji orang, fiturnya banyak, modelnya kekinian. Banyak dikatakan "terbaik" di kelasnya.


Tetapi inipun standarnya tidak jelas. "Perfect" adalah kata yang sangat subjektif.


Banyak orang terjebak paham "fiturisme" - menilai mobil sekedar dari apa saja fitur - fiturnya.


Padahal jika kita terondoli semua fitur keduanya - nyata sekali bahwa secara teknikal ini dua mobil yang sangat berbeda.


Avanza dapat melakukan hal - hal yang tidak dapat dilakukan oleh Xpander - might as well memiliki tingkat payload yang lebih tinggi dan durability kaki-kaki lebih baik karena format penggerak roda belakang.


Xpander ? Dirancang untuk menjadi sebuah urban MPV. Penggerak roda depan, suspensinya nyaman, gearingnya lebih dirancang untuk kehalusan dan menghemat bahan bakar - dibanding Avanza yang cenderung lebih meminum bahan bakar lebih karena gearingnya lebih diperuntukkan untuk semi-medium duty car.


Jadi bahkan setiap pabrikan pun memiliki idealisme sendiri dalam membuat mobil yang terbaik - versi mereka.


Marketlah yang menentukan, itupun tidak semua market sama di seluruh bagian globe - not even di pulau Jawa. Mobil yang laku di Jawa Tengah mungkin beda dengan Jawa Barat atau DKI. Di KalTim mobil seperti double cabin lebih diminati padahal global sales volume di Indonesia jauh di bawah Avanza atau Brio.

Double Cabin di KalTim

( sumber )


Kita tidak pernah tahu, yang kita tahu adalah akumulasi seluruh Indonesia dari pucuk sampai pucuk.


Fashion Item Perspective


Saya suka melihat mobil seperti barang fashion.


Di dunia fashion tidak pernah ada istilah baju mana yang paling sempurna atau "terbaik di kelasnya". It's just plain absurd. Fashion adalah masalah taste, satu perancang busana saja memiliki banyak model baju yang berbeda - beda untuk satu size.


Jika kita lihat - satu merek mobil punya banyak model. Bahkan Tesla yang membosankan semuanya bertenaga baterai itu punya lebih dari 1 model. Itu saja sudah menandakan tidak adanya model yang one size fits all.

The not so s3xy Tesla...

( sumber )


Mobil utilitarian seperti Double Cabin Pickup - yang normalnya lebih dicari untuk urusan ketangguhan segala medan saja sudah bertransformasi dengan gaya lebih metroseksual dan distinct styling dari satu brand ke brand lain. Bandingkan dengan dulu yang bentuknya relatif mirip-mirip.

Dari model yang cenderung konservatif kotak-kotak ke model ala Transformer seperti ini, cars really have transformed.


Dengan perspektif ini - mobil yang "sempurna" tentu saja adalah yang cocok dengan anda. Cocok dengan kegunaan, selera, gaya hidup, kepribadian, mungkin pakaian dan rumah anda. Modelnya bermacam-macam, kegunaannya bermacam-macam, harganya sangat luas dari puluhan juta hingga ratusan miliar, setiap tahun model baru bermunculan.


Sulit jika harus memilih hanya satu yang "terbaik". Seperti hal lain layaknya pasangan hidup atau pakaian : mix and match. All is a matter of taste.


Sangat obvious bukan, karena jika anda sekedar mencari mobil untuk sekedar "kebutuhan" - tidak ada yang benar-benar "butuh" Ferrari, bukan ?

( sumber )



158 views1 comment

Recent Posts

See All
bottom of page