top of page
  • Writer's pictureChristian Aditya

Local Models

Thailand baru saja meluncurkan Honda City Hatchback. Dan ia adalah pengganti Honda Jazz untuk beberapa market.


Kalau anda ingat selama ini City juga adalah versi sedan dari Honda Fit / Jazz.


Practically, ini adalah Jazz. Tetap memiliki mesin ekonomis, bodi yang ramping, bahkan mempertahankan ultra seat - tetapi di saat yang sama ia bukan Jazz yang sama seperti dulu a.k.a Honda Fit.

New Honda Fit yang baru saja diperkenalkan tahun lalu.

( sumber )


Saya tidak mengerti ini berita bagus atau buruk bagi anda - setidaknya tampang "Jazz" yang ini tidak buruk-buruk amat, malah cenderung keren. Mungkin anda malah lebih suka daripada the original Fit generasi empat.

Seorang teman saya bilang agak mirip Brio... Well jika lihat proporsi pilar C nya, ini seperti Brio yang diberi wajah Civic.

( sumber )

Tidak terlalu polarizing, dan cukup keren.

( sumber )


Tetapi jika anda adalah penganut orthodox - bahwa membeli mobil haruslah "global" model yang diakui seluruh dunia karena standar anda lebih tinggi. Well... I can't argue.


If it works... Then it works.


Secara statistik, paling tidak sepuluh besar penjualan mobil di Indonesia didominasi oleh produk "lokal". Nama - nama populer seperti Avanza, Xenia, Ertiga, Xpander, Ayla, Kijang Innova... adalah produk yang tidak dijual di negara asalnya sekalipun.


Tetapi ya, faktanya memang nama - nama ini sangat populer dan sangat laku - bukan populer di perbincangan internet saja.


Produk - produk ini disediakan untuk menjawab kebutuhan pasar yang spesifik. Brand mobil yang memiliki bisnis dengan skala global harus mengakui bahwa jika tidak semua orang bisa sepakat bahwa Pizza itu enak - maka yang sama juga berlaku untuk otomotif.


Mobil untuk pasar lokal berbeda dengan mobil yang hanya dirakit di pasar lokal. Honda HR-V dan Toyota Innova memiliki konsep yang berbeda dalam pengembangannya. HR-V adalah mobil dengan standar global, tetapi spesifikasinya disesuaikan dengan lokal. Tidak dikembangkan secara khusus untuk pasar ASEAN, atau Indonesia.


Sedangkan Toyota Innova memiliki ladder chassis, penggerak roda belakang, mesin diesel. Pretty much spesifikasi yang mirip dengan sebuah truck. Jenis yang jelas tidak akan pernah diminati oleh orang Jepang dengan infrastruktur jalan yang mulus. Tetapi di negara seperti India, Indonesia, Thailand... It's everywhere.

Mobil yang membuat orang Jepang saja bingung

( sumber )

"Saya pernah ngobrol dengan chief engineer MPV Toyota, Toyota di seluruh dunia itu yang namanya MPV itu modelnya biasanya Alphard, Voxy, bentuknya gede-gede dan sliding door dan mengotak, tapi Innova ini sebenarnya MPV atau crossover atau apa gitu ya," ujarnya.

Kendaraan ini bahkan memiliki klasifikasi yang unik dengan istilah MUV (Multi Utility Vehicle)... literally. Kendaraan yang dapat anda gunakan untuk membawa keluarga sekaligus membawa pasukan perang atau ke area pertambangan lalu pulang tanpa ada baut yang patah satu pun.


Well... Tetapi jika pertimbangannya hanya kegunaan, pretty much mobil di Indonesia dan India hanya akan berisi truck yang civilized seperti Innova. Tentu saja membawa sebuah truck dengan dimensi nyaris 5 meter untuk sehari - hari adalah pekerjaan yang merepotkan.


Less Restrictions means... Lower Cost!


Tenang saja, pabrikan mengerti bahwa sebagian dari anda hanya ingin sebuah commuter yang terjangkau, ekonomis, dan mudah untuk sehari - hari karena anda tidak membawa perlengkapan perang dan pasukan perang juga, atau anda tidak terlalu menginginkan luxuries di mobil berstandar global seperti HR-V.


Lahirlah mobil seperti Ayla dan kawan - kawannya dengan sebuah jargon hijau yang tidak relevan. Ya sebut saja mobil murah, titik.


Tidak bisa dipungkiri bahwa mobil - mobil berstandar global memiliki masalah dengan biaya pembuatan.


Dipasarkan di negara seperti Amerika Serikat - sekaligus di India, ia harus memiliki standar yang paling tidak surpass dengan standar negara - negara maju. Artinya effort engineeringnya harus lebih serius, bahan bakunya harus grade lebih tinggi yang artinya lebih mahal, dan memiliki equipment minimal sesuai dengan standar negara - negara tersebut.


Ini seperti bagaimana restoran seperti Pizza Hut dan McDonalds adalah makanan sehari - hari kelas menengah perkotaan - tetapi barang mewah bagi orang yang biasa menikmati nasi rames setumpuk di warteg dengan harga kurang dari sepuluh ribu rupiah. Bedanya, warteg langganan anda tidak memiliki SOP se-ribet Pizza Hut atau McDonalds, bukan ?


Dan untuk sekedar memenuhi kebutuhan perut - anda tidak memerlukan restoran besar yang memiliki SOP. Anda hanya butuh yang penting itu berbentuk makanan dan anda tidak muntah-muntah atau mencret sehari setelahnya.


Mobil - mobil "murah" tadi adalah benda yang basic : beroda empat, memiliki bodyshell, kursi, tidak ada luxuries seperti leather trimming atau soft pad dashboard, perlengkapan keamanan yang paling standar seperti dua buah airbag dan ABS. Mesin yang tidak memerlukan standar emisi ketat sehingga anda tidak perlu teknologi sophisticated seperti Hybrid atau Turbo - yang berujung pada ongkos produksi dan pengembangan yang tinggi.


Standar emisi dan keamanan yang lebih rendah membuat mobil yang dibuat untuk skala regional dapat ditekan sedemikian rupa. Belum lagi dibuat di negara - negara yang memiliki labour cost yang relatif tidak terlalu tinggi.


Dan dengan cost yang relatif rendah, pabrikan dapat juga slam more features untuk menarik pembeli. Contohnya seperti KIA Sonet.

Selain harganya murah, fitur banyak, perawatannya mudah dan murah, so everybody wins.


Style and Size


Apparently, dunia kita tidak pernah sepakat mengenai ukuran besar-kecil. Satu spesies homo sapien yang hidup Jepang membutuhkan mobil sekecil Suzuki Wagon R. Sementara nun jauh di Amerika Serikat, mereka membutuhkan truck sebesar F-150.


Klasifikasi ukuran mobil memiliki kaitan yang erat dengan pajak di beberapa negara, jadi banyak produk yang market-specific supaya dapat kompetitif. Mazda bahkan harus membuat CX-8 karena extra 130 mm di CX-9 dianggap membuat jalanan penuh sesak di Jepang.

Mazda CX-9 yang membuat seketika CX-8 terlihat seperti Station Wagon.

( sumber )


Selain itu walaupun selera adalah relatif - beberapa mobil didesain berbeda antar-negara. China memiliki fetish tersendiri terhadap mobil dengan wheelbase panjang. India menyukai mobil dengan bentuk yang membulat dan sedan - sedan berukuran XXXXS seperti Amaze dan Swift Dzire. Indonesia menyukai van tinggi seperti Innova.



Tahan diri untuk tidak muntah...

( sumber )


Honda membuat Civic generasi-8 memiliki wajah berbeda di Amerika Serikat karena nampaknya mereka tidak suka bentuk Civic FD yang seperti keluar dari anime. Eropa menyukai hot-hatch jadi ketika Honda membuat Type-R sedan mereka mengatakan "no, we don't do that here". Akhirnya Honda harus membuat dua versi Type-R.



Tidak banyak yang tahu bahwa Civic FD we all know and love punya saudara "jauh" berwajah seperti ini. Sekarang anda tidak kaget kan mengapa penerusnya (FB) memiliki wajah yang sangat kaku?

( sumber )


Why Global Model ?


Anda pun bertanya : jika setiap negara memiliki selera berbeda, lalu mengapa pabrikan harus punya global model ?


Pertama, beberapa global model adalah icon. Seperti sebuah signature dish yang harus ada di sebuah restoran. Anda tidak bisa menjual Honda tanpa menjual Civic atau Accord, Toyota tanpa Corolla atau Camry, Mazda tanpa CX-5, Volkswagen tanpa Golf, dll.


Kedua, walaupun selera manusia di seluruh bumi lumayan diverse, apparently ada beberapa model yang bisa diterima secara universal - dari sisi size, style, atau bahkan cost. Secara hitung-hitungan bisnis bahkan masih memungkinkan dirakit secara lokal. Mungkin tidak market leading di semua negara, tetapi juga bukan sebuah produk gurem yang terlupakan.


Ketiga, global model, karena dibuat dengan standar tinggi, selalu menarik premium customer. Dalam arti orang yang mencari sesuatu yang "lebih" dari sebuah mobil, bukan sekedar kotak beroda empat yang membawa anda kemanapun. Bahkan kalau bisa mobil itu dibuat di negara asalnya, bukan versi spec-down sehingga ada gengsi tersendiri memiliki mobil yang sama dengan orang Eropa, misalnya.


Well, Volkswagen Golf adalah mobil yang dibeli oleh average European yang bukan orang kaya, tetapi di Indonesia membawa Golf ke tongkrongan anda dianggap satu kasta dengan pengguna Mercedes karena "Eropa" tadi.

VW Golf, sebuah ikon. Anda tidak mungkin berjualan VW tanpa menjual Golf.

( sumber )







145 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page