top of page
  • Writer's pictureChristian Aditya

The Pandemic Champion

Kita mengenal disrupsi sebagai sesuatu yang "menggugat" status quo. Biasanya lebih identik dengan yang berbau teknologi seperti bagaimana GoJek membuat disrupsi pada transportasi konvensional.


Tetapi disrupsi memiliki makna jauh lebih dalam - dan lebih luas.


Disrupsi pasar otomotif global terbesar adalah di era 1970s : oil crisis, akibat embargo minyak oleh negara - negara Arab.


Mungkin negara - negara Asia tidak terlalu terdampak saat itu. Tetapi Amerika Serikat dengan kecintaan pada big thirsty V8s terpaksa membuka jalan untuk mobil - mobil kecil hemat bahan bakar asal Jepang. Kelangkaan bahan bakar menyebabkan harganya tinggi dan membeli sebuah gas guzzling V8 machine adalah hal yang tidak lagi relevan.

Ilustrasi

( sumber )


Lalu kita sampai ke pandemi COVID-19. 50 tahun setelahnya.


Resesi sudah mengintai dipercepat dengan adanya pandemi yang menyebabkan lockdowns dimana-mana dan pembatasan berskala kecil maupun besar.


Ekonomi dunia melambat - dan di Indonesia, statistik penjualan mobil adalah sebuah indikator ekonomi.


Pandemi mendisrupsi. Urutan mobil terlaris di Indonesia teracak-acak.


Toyota Avanza tidak lagi berada di urutan pertama. Setidaknya sejak bulan Maret. Urutan ini berubah - ubah terus menerus.


Lalu di akhir 2020 kita mendapatkan clear winner. Siapa "juara" di tahun 2020.


1. Honda Brio (RS dan Satya): 36.512 unit 2. Suzuki Carry: 33.407 unit 3. Toyota Avanza: 31.883 unit 4. Daihatsu Gran Max: 29.119 unit 5. Toyota Rush: 25.028 unit 6. Toyota Kijang Innova: 24.108 unit 7. Mitsubishi Xpander: 23.304 unit 8. Daihatsu Sigra: 22.559 unit 9. Toyota Calya: 21.175 unit 10. Mitsubishi L300: 13.871 unit

Tentu saja, Toyota Avanza masih berada di top 3 secara kumulatif. Tetapi tidak lagi mendominasi seperti dulu.


Yang menarik, dua mobil yang mengalahkan Avanza adalah sebuah citycar.... dan sebuah pick-up!


Juara mobil terlaris di masa pandemi : Honda Brio.

( sumber )


Wholesales Number


Tentu saja angka - angka di atas adalah wholesales. Tidak mencerminkan keadaan sesungguhnya di lapangan.


Wholesales adalah total unit terjual dari pabrik ke dealer. Bahasa sederhananya, selama 2020, total Honda Brio tersalur ke dealer lebih banyak daripada Avanza.


Tetapi jika ini adalah barang baru atau model yang tidak populer, maka saya akan curiga. Contoh jelasnya, Datsun Cross pernah mencatat wholesales 2.000 unit sebulan tetapi itu di awal peluncuran. Artinya, dealer - dealer pasti mengusahakan untuk ready stock.


Honda Brio dan Suzuki Carry tidak.


Keduanya adalah model yang laku. Keduanya market leader di masing - masing segmen. Bahkan angkanya pun cenderung stabil tiap bulannya.

Suzuki Carry juga selalu masuk tiga besar di akhir triwulan 2020

( sumber )


Artinya, jika kedua model ini selalu order ke dealer setiap bulan, bisa kita asumsikan : permintaan pasar cukup tinggi untuk kedua model ini.


Has the Market Shifted ?


Banyak orang menahan diri untuk konsumtif di era pandemi. Ekonomi terhambat, penghasilan berkurang - mungkin malah tidak ada sama sekali.


Pertanyaan yang pantas ditanyakan adalah : benarkah market berpindah ? Atau memang penjualan model Low-MPV memang turun drastis ?


Mari kita bandingkan dengan penjualan di tahun sebelumnya :


Berikut 10 Model Mobil Terlaris 2019:
Toyota Avanza-Veloz 86.374 unit
Honda Brio Satya-Rs 70.344 unit
Mitsubishi Xpander-Cross 62.666 unit
Toyota Rush 61.569 unit
Toyota Calya 54.549 unit
Toyota Kijang Innova 52.981 unit
Suzuki Carry 52.694 unit
Daihatsu Gran Max 52.372 unit
Daihatsu Sigra 52.283 unit
Mitsubishi Colt Diesel 36.071 unit.

Let's do some math.


Pada kondisi "normal", Avanza mampu membukukan angka 86.374 unit. Dibandingkan dengan 31.883 unit pada 2020 maka terjadi penurunan 54.491 unit atau 63%. Rivalnya, Mitsubishi Xpander dari 62.666 unit menjadi 23.304 unit. Sebesar 39.362 unit atau berkurang 62.8%.


Lalu kita ambil sampel dari dua mobil "terlaris" di 2020 kita :


Honda Brio 70.344 - 36.512 = 33.832. 48% penurunan.

Suzuki Carry 52.694 - 33.407 = 19.287. 37% penurunan.


Artinya, bisa dibilang : kelas Low-MPV mengalami penurunan cukup signifikan. Kedua model terpopuler saja mengalami penurunan lebih dari 60%.


Interesting.


Roughly speaking, data 2020 hanya menunjukkan model mana yang "paling tidak terdampak". Di sini, segmen citycar dan pick-up kecil lebih tidak terdampak tentu saja, dibanding mobil MPV.


Saya rasa alasannya cukup obvious mengapa Low-MPV terdampak sangat signifikan.


Ada satu moment yang menjadi sebuah boosting factor pada model - model MPV selama ini di pertengahan tahun : mudik lebaran.

Kepadatan mudik lebaran.

( sumber )


Mobil low-MPV adalah mobil serbaguna untuk pulang kampung. Affordable sehingga cicilannya murah, irit, muat banyak, dan tentu saja jika itu berstatus baru menjadi sebuah indikator status sosial di acara kumpul - kumpul keluarga.


Di tahun kemarin - well, mungkin mobilitas tidak tertekan - tertekan amat saat mudik, memang berkurang orang yang mudik, tetapi masyarakatnya tidak punya duit, atau minimal menahan nafsu membeli mobil walau duitnya ada.


Bahkan pasar Low-MPV satunya lagi : bisnis rental, pada masa pandemi juga bisa dipastikan sepi - berbanding lurus dengan sedikitnya orang yang berlibur. Tentu, siapa yang mau menambah armada rental baru jika bisnis sepi, bukan ?

Bisnis rental juga mengalami penurunan

( sumber )

“Sebagai gambaran, kalau kondisi normal biasanya tiap bulan kami bisa melayani hingga 50 perusahaan, tiap perusahaan bisa mencapai 20 unit mobil,” ujar Vina Marketing Manager perusahaan rental kendaraan tersebut kepada Kompas.com (3/4/2020). “Sedangkan sejak Maret kemarin cuma ada sekitar 10 perusahaan, penurunannya mencapai 80 sampai 90 persen,” ucap Vina.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Imbas Corona, Bisnis Rental Mobil Alami Penurunan Omzet", Klik untuk baca: https://otomotif.kompas.com/read/2020/04/03/181500115/imbas-corona-bisnis-rental-mobil-alami-penurunan-omzet.
Penulis : Dio Dananjaya
Editor : Azwar Ferdian

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:

Ya, tentu saja ada faktor daya beli yang menurun, barangkali ada juga yang mengubah rencana beli mobil dari jenis MPV ke citycar atau pick-up untuk keperluan usaha.


Tetapi ini yang menarik : penjualan mobil di Indonesia bisa dibilang dipengaruhi oleh fenomena sosial. Jenis mobil yang laris sangat bergantung pada seperti apa fenomena sosial masyarakatnya. Saat tidak ada event yang berhubungan dengan orang banyak atau acara keluarga - kebutuhan mobil keluarga / MPV jadi berkurang sekali.


Barangkali pula terjadi pergeseran trend juga. Pergeseran ke gaya hidup anak milenial kota yang semakin individualistis - berbeda dengan generasi orang tuanya yang lebih komunal. Didukung dengan daya beli yang tidak terlalu kuat - mungkin ini salah satu penyebab citycar semakin diminati.


Well, apapun, winning's winning. Selamat untuk Honda.
























95 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page