top of page
Writer's pictureChristian Aditya

Efisien.

Updated: Jun 7, 2020

Anggaplah kita punya seekor kuda kerja.


Kuda itu kita rawat, kita beri makan yang baik, supaya bisa bekerja baik pula, let's say : menarik sebuah pedati berisi komoditas untuk anda dagangkan.



Saya yakin - biaya perjalanan pasti juga termasuk biaya rumput yang anda gunakan untuk memberi makan kuda itu lalu akhirnya masuk hitung - hitungan biaya operasional anda.


Pertanyaan saya : apakah anda mencari kuda yang makan rumputnya sedikit ? Tanpa mempertimbangkan faktor lain ?


Saya kira tidak. Seberapa kuat kuda itu membawa barang, seberapa cepat kuda itu berlari, juga akan anda pertimbangkan. Yang masuk ke hitungan ongkos operasional anda.


Tentu anda akan mencari kuda yang makan rumputnya sebanding dengan kemampuannya membawa barang dan berlari cepat, supaya tidak membebani ongkos operasional.


Sekarang, masuk ke konteks...


Bagaimana anda menilai sebuah mobil yang efisien ?


Hampir setiap orang akan menjawab berdasarkan konsumsi bahan bakarnya saja. Kilometer-per-liter (km/l) atau miles-per-gallon (MPG).


Sayangnya dengan logika yang sama dengan kuda kerja di atas, mobil yang efisien adalah jenis supercar.

Lamborghini Huracan Evo, an "efficient" car, yes ?


No, seriously, I'm not joking. Ini fakta empiris dan bisa dibuktikan dengan mudah secara matematika.


Supercar memiliki bobot setara dengan hatchback keluarga anda - lebih ringan malah. Tetapi ia mampu berlari berkali-kali lipat lebih cepat.


Sebuah Lamborghini Huracan, 5.200cc V10, bertenaga 600 hp, dengan bobot 1.5 ton. 0-100 km/h dalam 2.5 detik. Konsumsi BBM 1 liter untuk 7 kilometer dengan asumsi jalanan lancar dan kecepatan rata-rata.


Hatchback keluarga anda, mungkin hanya 1.500cc 4-silinder bertenaga 100 hp, bobotnya mungkin hanya 1 ton. 0-100 km/h dalam.... 12.5 detik. Konsumsi BBM nya 1 liter untuk 21 kilometer dengan asumsi jalan lancar dan kecepatan rata-rata.

"your-typical-family-hatchback"


Do the math.


Power to weight ratio :

  • Huracan : 600 / 1.5 = 400 hp / ton.

  • Your-average-family-hatchback : 100 / 1 = 100 hp / ton.

Acceleration :

2.5 : 12.5 = 1 : 5.


Average Fuel Consumption :

7 : 21 = 1 : 3.


Sampai di situ saja ? Oh jelas tidak. Hatchback keluarga anda tidak mampu kan mencapai kecepatan 300 km per jam ?


Secara matematis, sebuah Lamborghini adalah mobil yang efisien, kinerjanya lebih efektif berbanding dengan penggunaan bahan bakarnya.


Tapi tenang saja, anda akan menganggap saya gila kalau menyuruh anda membeli Lamborghini untuk bekerja. Di sini saya hanya ingin menegaskan poin saya :


Efisiensi bukan perkara angka konsumsi bahan bakar saja.


Insinyur mobil di ruang R & D tidak datang lalu berpikir "aku akan membuat mobil yang mampu meraih 40 km per liter !".

Mesin dengan konsumsi BBM tertentu - itu sangat mudah dibuat. Kecilkan saja cc-nya, gunakan injector yang kecil, set mapping mesinnya sehingga ia menggunakan BBM yang sedikit. Mungkin hemat - tapi useless. Anda juga frustrasi menggunakannya karena tidak kemana - mana.


Membuat kuda anda makan lebih sedikit itu mudah - kurangi saja jatah makannya. Selesai. Tetapi kuda anda tidak akan kemana - mana. Energi untuk hidup saja tidak ada, kok disuruh lari.


Tetapi bagaimana mendapatkan kuda yang "bibit unggul" ? Yang makannya sedikit tapi larinya kencang, yang staminanya jauh lebih kuat dari kuda anda sekarang ? Anda tentu melakukan eksperimen, misalnya mengkawinkan dengan jantan atau betina yang merupakan ras unggul.


Sama dengan membangun mesin yang efisien.


Berkat usaha keras para insinyur mengembangkan teknologi mesin , hatchback 1.500cc anda sekarang, dapat dengan mudah mengasapi sedan mewah keluaran 1940-an bermesin V6 - V8.


Buick Super 1949, mobil kepresidenan Soekarno. Bermesin 4.063cc 8-silinder segaris bertenaga 115 horsepower, menghela bobot sebesar 1.7 ton.

Modern cars better fuel efficiency, they are also a lot more powerful. 
For instance, A 1983 Chevrolet Malibu had a 3.8-liter V-6 engine could spew out 110 horsepower. By comparison, the 2005 version had a 2.2-liter inline four cylinder generating 144 horsepower. Not too shabby.

Selain itu, berkat perkembangan ilmu metalurgi dan manufaktur, sasis mobil sekarang juga jauh lebih ringan. High strength steel, aluminium chassis, carbon fiber chassis, bahan komposit, misalnya, sudah mulai banyak diaplikasikan di mobil - mobil yang "massal".

BMW "Carbon Core" di Seri-7 G11 dan Seri-5 G30.


See ? Efficiency is not all about MPGs.


Efisiensi, dalam dunia teknik adalah rasio antara yang dimasukkan berbanding apa yang dikeluarkan. Nilainya antara nol dan satu, atau dalam persentase 0 - 100%.


Yah kalau di dagang, mirip dengan modal berbanding cuan lah. Prinsipnya sama.



Mau beli mobil ribet amat, kan tinggal beli sesuai kebutuhan.


Nah, masalahnya terkadang manusia tidak benar - benar tau apa yang mereka butuh.


Membeli sebuah SUV bermesin 3.000cc, lalu mengeluhkan betapa borosnya konsumsi BBMnya. Sebentar, sebentar. Itu mobil kapasitasnya segitu, SUV pula. Apakah anda berharap konsumsi bahan bakarnya setara citycar 1.000 cc ?


Akhirnya muncullah stereotipe bahwa mesin besar pasti boros dan mesin kecil hemat. Sebuah stereotipe yang sangat misleading.


Padahal ini tidak selalu benar, ada mobil - mobil dengan mesin yang lebih besar kapasitas silindernya justru prakteknya sama saja atau malah lebih hemat, karena versi dengan cc kecil justru tenaganya pas-pasan. Dengan mesin lebih besar, anda membutuhkan effort lebih sedikit untuk mencapai kecepatan yang sama.


Saya jadi ingat dengan dua buah Suzuki Grand Vitara milik keluarga dulu, versi 2.0 Liter dan 2.4 Liter, yang versi 2.4 Liternya memiliki performa lebih baik tetapi konsumsi BBMnya sama saja dengan versi 2.0 Liter.


Kita sering mendudukkan hemat-boros hanya urusan konsumsi bahan bakar saja, tapi kita lupa bahwa mobil yang kita katakan "boros" itu performanya jauh lebih baik. Mungkin dua kali lebih boros, tapi tiga kali lebih kencang. Cuan banyak, bos.


Ditambah banyaknya misuse dan overuse kata efisiensi, irit, hemat, dalam marketing maupun jurnalistik yang sering ditampilkan bersama dengan angka penggunaan BBM. Tidak dengan parameter lain seperti : akselerasi, top speed, bobot.



All we care is the MPG (km/l) number.


Kita take it for granted seluruh engineering progress selama 100 tahun lebih dalam mengembangkan sumber energi yang efisien : mampu menghasilkan performa lebih baik dengan energi lebih sedikit.


Ini menjadi paradoxical karena mengembangkan mesin yang efisien itu butuh biaya. Makanya, kebanyakan mesin yang memiliki efisiensi tinggi justru mesin pada mobil - mobil yang agak mahal. Misalnya : hybrid, turbocharged, direct-injection, dll.


Butuh waktu untuk sebuah pabrikan mobil menemukan cara memproduksi teknologi secara massal dan terjangkau.

Teknologi Hybrid Toyota, sudah mulai merambah ke mobil - mobil yang umum.


Sebaliknya, Citycar harian anda - diciptakan untuk "economy", serba minimalis : teknologinya baru berubah setelah 15 - 20 tahun, karena pertimbangannya ada pada biaya perawatan yang juga pasti lebih murah dengan teknologi lama.


Anda juga tidak perlu pusing karena mobil - mobil ini memerlukan persyaratan BBM oktan rendah saja.

Mobil - mobil "economy" ini disebut LCGC di Indonesia.


Economy dan Efficient adalah dua hal yang berbeda. Economy bicara seluruh aspek termasuk harga jual dan perawatan, sedangkan efficient itu istilah teknik yang hubungannya dengan pemakaian energi.


Ribet, ya? Makanya jangan masuk teknik.














36 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page