Tidak ada isu kualitas di mobil Honda yang menjadi pembicaraan publik selama lebih dari lima tahun selain isu di Honda HR-V.
Barangkali HR-V adalah mobil yang rajin mengisi daftar warranty claim di bengkel resmi Honda dari awal kehadirannya. Isu kualitas buatan sangatlah jelas sekali di mobil ini. Mulai dari lower arm, drive shaft, rattle kabin, headlamp bocor, dan segala jenis permasalahan yang khas.
Yet, isu ini tidaklah berpengaruh dengan angka penjualannya.
Saya tak perlu menyebutkan angka atau data - mobil ini mendominasi jalan raya, jauh di atas Mazda CX-3, Hyundai Kona, Suzuki S-Cross, Nissan Juke, dll. Mobil ini bahkan sudah menjadi it-item, mobil "gaul" abege kaya atau middle class perkotaan, setiap instastory selebgram maupun teman - teman anda dengan profil demikian mungkin 80% nya berada di dalam sebuah Honda HR-V. Pamornya seketika menggantikan saudara se-basisnya : Honda Jazz.
Mungkin jika anda netijen - tim mending mending, akan berpikir pembeli awam ini sangat mudah "tersihir" merek.
Tetapi percayalah, mereka tidak. Ada beberapa alasan mengapa HR-V membuat pemiliknya mengalami sebuah love-hate relationship yang terdengar agak seperti stockholm syndrome karena pemiliknya seperti rela-rela saja harus bolak-balik bengkel.
Unit berwarna putih ini sehari - hari digunakan oleh adik saya. Grade tertinggi Prestige 1.8 yang kami dapatkan di 2016 dalam kondisi bekas. Menilik dari historinya jelas ini adalah mobil batch pertama.
Sekarang clocking 37.000 kilometer dan baru saja kembali melakukan perbaikan kaki - kaki. Mobil yang sudah tak terasa lima tahun dipakai, walau odometernya sangat rendah karena cenderung menempuh jarak yang pendek - pendek.
A Smart Modular Platform
HR-V dibangun atas modular platform yang sama dengan Honda Jazz, Honda City, Honda Freed. Sebuah platform yang sudah berasal dari tahun 2000-an awal. Dirancang sebagai andalan Honda di segmen B / subkompak, Honda Jazz sebagai basis awal sukses menjadi mobil kecil yang hemat dan praktis.
Kesuksesan HR-V adalah sesuatu yang sebenarnya predictable bahkan sejak mobilnya masih berupa konsep. Platform maha-fleksibel Honda Jazz ditambah extra ground clearance adalah sebuah formula yang pasti akan menjadi senjata ampuh di era crossover seperti sekarang. Honda Jazz yang tinggi tidak pernah salah.
Ditambah, menjadi praktikal di kamus Honda tidak perlu mengorbankan yang namanya styling. Honda Jazz tidak pernah menjadi mobil yang polarizing secara model. HR-V pun mudah diterima oleh khalayak luas.
Di luar, HR-V terlihat seperti smaller CR-V, terlihat seperti mobil yang biasa saja tanpa sebelum anda masuk ke dalamnya. Untuk tahun 2020 memang mobil ini sudah terlihat obsolete dan cenderung konvensional, sedikit boring karena tidak banyak permainan desain seperti Mazda CX-3, KIA Seltos, atau Hyundai Kona.
Honda's Most Creative Attempt in a While.
HR-V mungkin adalah mobil harga 300 juta-an yang didesain paling niat. Ia tidak serta-merta mengambil desain dasbor dari Honda Jazz. Dasbornya adalah sesuatu yang didesain from scratch. Mengejutkan karena bahkan CR-V sampai generasi 5 saja masih mempertahankan layout dari 2007.
Pilihan warna dashboard ini antara two-tone beige-hitam atau single tone full hitam. Tetapi anda tidak bisa tailor-made seperti mobil mevvah karena ini bergantung tipe. Prestige mendapatkan warna two-tone, tipe E single tone.
Sayangnya menjadi kreatif dan berbeda tidak selalu berguna.
Triple AC vent di sisi penumpang adalah salah satu design cue yang paling saya tidak paham. Tidak ada gunanya selain untuk mengeringkan pakaian dan membuat penumpang sisi kiri jadi menggigil serta mengundang protes penumpang baris kedua karena tidak kebagian AC, karena bahkan vent AC di dekat pengemudi saja kecil sekali. Jadi jika anda pergi berlima pada siang terik, harap bersabar karena Honda sangat ngirit AC di mobil ini. Baris kedua bahkan tidak diberi AC vent.
Agak disayangkan urusan instrument cluster seperti kebiasaan Honda masih menggunakan tampilan display kalkulator Casio berusia 20 tahun di kantor anda. Product Planning di Honda Indonesia sepertinya sama sekali tidak melihat speedometer saat menyetir.
Cukup dengan tampilan, lalu ergonomi - sebuah kelebihan di platform Jazz. Driving position rendah dengan pedal positioning yang nyaman, bahkan lebih baik dari pedal positioning di CR-V Turbo yang agak ketinggian. Setir dengan tilt-telescopic yang sangat mudah diatur supaya tidak membuat anda serasa mengemudikan sebuah pick-up. Tidak sulit menemukan posisi mengemudi yang nyaman dan tidak lama kelamaan membuat punggung atau bokong pegal.
Ruang baris kedua terkesan flawless, kecuali anda orang dengan postur lebih dari 175 cm. Fakta bahwa ini adalah Jazz tinggi membuat ada sedikit kompromi untuk atap mobil supaya tidak terlalu tinggi.
HR-V adalah sebuah crossover tetapi minivan at heart. Mobil ini sangat terasa superior jauh di atas lawan - lawannya ketika anda perlu membawa perlengkapan tempur atau anjing peliharaan anda. Sangat besar hingga seekor Alaskan Malamute dapat melompat dengan mudah dari bagasi ke baris kedua.
Atau jika anda seorang dokter yang sibuk wara-wiri di masa pandemik, ini adalah mobil yang tepat. Bahkan Honda membuat sebuah iklan untuk itu. Iklan yang sangat kontekstual...
The Old but Gold
HR-V di Indonesia memiliki spesifikasi yang berbeda jauh sekali dengan counterpartnya, Honda Vezel di Jepang yang mendapat powertrain baru L15B 1.5 Liter bertenaga 132 hp dan Hybrid 1.5 Liter dengan Dual-clutch i-DCD.
Mesin 1.5 Liter L15Z6 120 hp dan 1.8 Liter R18Z1 139 hp adalah dua yang bisa anda pilih. Dua mesin yang sudah sama-sama berusia lebih dari 10 tahun. Keduanya bertransmisi CVT.
Unit saya adalah 1.8 Liter Prestige.
Kesan pertama dari HR-V adalah mobilnya terasa kompak. Menyenangkan untuk aktivitas sehari - hari. Meliuk-liuk di kemacetan dan gang sempit bukan sebuah masalah besar. Tenaganya juga sangat mudah didapatkan hanya dengan light throttle input saja. Mobil yang sangat ideal untuk city commuting, anda tidak akan kesulitan mengendarainya.
Mesin R18 yang tua tetapi terkenal sangat handal
Tetapi ya sudah. Begitu saja. Mengendarai HR-V selain di perkotaan tidak terlalu mengesankan.
Jika anda pernah mengendarai CR-V, anda pasti berpikir HR-V akan lebih lincah dan engaging karena lebih kecil. Sayangnya tidak. Bahkan mendekati Honda Jazz saja tidak. Mobil ini sama sekali tidak engaging. Steeringnya terasa disconnected dari jalan dan roda, set suspensi depannya soft sehingga bagian depannya loose, tidak terasa tajam - bahkan Honda CR-V generasi 5 dengan body lebih besar masih jauh lebih tajam.
Set suspensinya terlalu empuk. Secara bantingan memang jadi halus, refined dibanding CR-V lama, di jalan bergelombang tidak lagi terasa kocokan bodi akibat agresifnya set suspensi. tetapi set seperti ini juga mengakibatkan bagian depannya terlalu mengayun jadi mudah mentok stopper di polisi tidur yang agak tinggi.
Dan mungkin anda bingung mengapa saya tidak menyebut soal performa mesin di sebuah Honda, yang biasanya menjadi salah satu kelebihan mesin Honda dibanding lawan - lawan yang lain : karena bahkan mesin dari mobil ini tidak mengesankan, di tipe 1.8 Liter memiliki karakter yang cenderung datar-datar saja, tidak ada punch, tidak terasa kencang. Walaupun sebenarnya akselerasi 0-100 km per jam nya tidak lambat : sekitar 10 detikan dan 11 detikan untuk tipe 1.5 .
Jadi bahkan jika di sektor powertrain saja mobil ini tidak menyenangkan, saya pikir sangat jelas bahwa Honda tidak intend untuk membuat HR-V menjadi mobil yang "fun to drive".
HR-V didesain untuk casual driver, pengemudi yang tidak menginjak pedal gas lebih dari separuh, jarang revving lebih dari 3.000 RPM, sehari - hari hanya menjadi sebuah kendaraan grocery getter dari A ke B yang hemat, praktis, dan reliabel. Saya ngerti karena mobil ini juga sehari - hari digunakan seperti itu dan nyaris tanpa komplain.
Wait, reliable ? Speaking of the devil...
Sebuah pertanyaan satu juta dollar dalam kepemilikan HR-V adalah : bagaimana soal reliabilitas ? Daya tahan mobil yang punya berbagai isu sejak awal kemunculannya hingga versi terbaru sekalipun. Is it any good ?
Ada beberapa perbaikan yang dicover garansi pada unit saya. Penyakit paling khas : bunyi kasar pada kaki-kaki yang kemudian dilakukan penggantian lower arm pertama dan keyless sensor yang rusak akibat voltase accu / baterai yang drop. Kerusakan kedua membuat mobil literally tidak bisa bergerak dari car port rumah.
Permasalahan lain muncul pada tahun 2019 kemarin pada auto tensioner yang mengeluarkan bunyi "krrrrrrrk" saat starter dan akselerasi ringan, disebabkan oleh bearing yang sudah aus.
Baru saja melakukan penggantian bushing lower arm kanan-kiri dan bushing rack steer setelah mulai bunyi-bunyi kembali. Bahkan pada saat saya menyebutkan nama mobilnya saja pemilik bengkel kaki-kaki sudah bisa menebak keluhan saya. Dan pertama kali punya mobil harus membongkar utuh subframe di tahun kelima.
Penggantian bushing karet pada lower arm kanan-kiri dan bushing rack steer.
Sisanya adalah regular maintenance. Penggantian accu pada tahun 2017 dan penggantian ban baru saja di 2020 sebulan lalu dengan Accelera PHI-R.
Tentu saja jika melihat frekuensi perbaikan, ini adalah mobil yang paling sering bolak-balik bengkel selama 5 tahun dan dengan odometer relatif rendah. Saya tidak akan mengatakan ini mobil paling reliabel.
Tetapi to put it into perspective...
Kerusakan pada HR-V kebanyakan bersifat minor. Maksudnya, tidak sampai fatal. Tidak menyebabkan anda tiba-tiba memanggil towing di tengah jalan akibat overheating atau engine blown, mesin hingga saat ini masih kering tidak ada tanda - tanda oli meler. Mobil yang tidak akan mengagetkan anda dengan tagihan belasan hingga puluhan juta. HR-V adalah tipikal mobil yang bisa anda pakai "asal jalan" karena powertrainnya nyaris tidak memiliki problem bawaan. Mungkin bukan yang paling cemerlang performanya, tetapi jelas Honda terkenal membuat mesin yang kuat.
Mods
- 18" Rep. Toyota Harrier XU60 w/ 225/50/18 Accelera PHI-R
- Remap by KENJI Auto Station Semarang
- Android MTech Head Unit
Your Sensible Daily Driver
HR-V sukses bukan semata - mata karena sebuah Honda.
Well, salah satunya, tentu saja. Sebuah Honda yang mudah dijual dan jaringan servisnya dimana - mana. Tetapi mobil ini tidak sukses hanya dengan logo H besar di depan-belakang saja.
Mobil ini nyaris sempurna sebagai daily driver. Kalau anda hanya menginginkan sebuah city commuter all-in-one : kecil, muat banyak, hemat bahan bakar, mudah dirawat dan dijual kembali. Sebuah mobil yang menjual sensibilitas bagi mayoritas pengguna mainstream.
Mesinnya akan terus berjalan tanpa ada kendala dan memerlukan perbaikan biaya besar, walaupun sudah lepas masa garansi pun, perbaikan kecil - kecil (dan melelahkan) pada sektor lain tidak membuat kantong jebol - hanya pelan-pelan bikin kesel saja.
Tetapi kalau anda berharap lebih dari sekedar sensibilitas - ingin fitur canggih, teknologi mesin lebih baru, tampilan lebih segar, dan menyenangkan untuk spirited driving, HR-V akan mengisi daftar paling bawah dari pilihan anda.
Comments