top of page
  • Writer's pictureChristian Aditya

Hybrid Cars : Simplified.

Tenang saja, saya tidak sedang ingin bashing electric cars kembali.


Tetapi saya lebih tertarik untuk membahas sesuatu yang lebih realistik - dan mungkin Indonesia lebih baik tidak terburu - buru dengan listrik jika tidak ingin menimbulkan terlalu banyak masalah baru. Well, montir - montir kita saja banyak yang belum jago mengerjakan mobil Gasoline DIrect Injection modern, mendadak disuruh servis dinamo. Seperti anak SD yang belum jago hitung-menghitung tapi sudah diberi soal trigonometri - yang saya waktu kuliah saja kewalahan ngerjainnya.


We are still long way to go.


Jadi, mengapa tidak start small saja : membahas teknologi yang sudah ada tetapi juga masih belum populer ?


Hybrid.


Kata Hybrid atau bahasa Indonesianya hibrida sebenarnya lebih terkenal sebagai term di agrikultur. Walaupun begitu, intinya tetaplah sama : hibrida adalah term yang sering digunakan untuk sesuatu yang merupakan kombinasi dua atau lebih jenis unsur.


Jadi kendaraan Hybrid adalah kendaraan yang memiliki lebih dari satu penggerak.



Penampang hybrid powertrain : motor bensin dan listrik.

( sumber )


Mobil anda - selama ini hanya memiliki satu penggerak : bensin atau diesel. Internal Combustion Engine. Kedua jenis mesin ini sebenarnya secara fundamental sama : sama-sama mesin piston dengan bahan bakar minyak.


Lalu tiba-tiba ada beberapa pihak yang tidak senang dan merasa benda yang sudah ratusan tahun hidup di bumi ini memerlukan regulasi untuk gas buangnya - dan ini jauh setelah krisis minyak. Tren mobil "eco-friendly" dimulai di sekitar akhir abad 20-an.


Dan saat itu - walaupun belum populer - lahirlah sebuah kendaraan yang bentuknya aneh : Toyota Prius, dan lebih aneh lagi ketika kita mendengar mobil ini memiliki sistem "Hybrid". Apapun itu, pokoknya dilabeli eco-friendly dulu saja.

Toyota Prius generasi pertama

( sumber )


Mobil ini memiliki mesin 1.500cc - tetapi yang membuatnya eco friendly adalah baterai. Saya tidak mengerti bagaimana baterai dibilang eco friendly. Tetapi standar orang saat itu (hingga saat ini), tidak mengeluarkan asap artinya eco-friendly.


Dan Prius memang tidak mengeluarkan asap - setidaknya jika isi baterainya belum habis. Dan ini rahasia mengapa Prius sangat hemat bahan bakar : anda hampir tidak menggunakan bensin di dalam kota.


Prius sejak generasi kedua jadi mobil favorit para selebrita Hollywood dan pemain sepak bola untuk menunjukkan some degree of environmental-responsibility. Ini juga diterjemahkan ke penjualan yang sangat moncer. Prius adalah ikon nya mobil "ramah lingkungan", saat itu.

Lionel Messi dan Toyota Prius generasi 3.

( sumber )


Tetapi nun jauh di Indonesia, Toyota Prius bukan mobil populer. Toyota Astra memasukkan Prius generasi ketiga pertama kali dengan harga nyaris setara Toyota Camry. Artinya, mobil ini tak terjangkau sebagian besar market. Ironi terbesar adalah ketika di banyak negara mobil seperti ini mendapat insentif - di Indonesia malah mendapat pajak ganda!


Beruntunglah, sepertinya peraturan ini sudah sedikit direvisi, ada beberapa model seperti Corolla Cross Hybrid yang sudah tidak terkena aturan pajak ini. Corolla Cross Hybrid memiliki harga sekitar 30 juta lebih mahal dari tipe regulernya.


However, tidak semua sistem Hybrid adalah sama - dan berikut adalah "dummy guide" untuk memahaminya.


Tenang saja, saya tidak akan menggunakan bahasa teknis di sini.


The Not-So Hybrid


Betapa rancunya kata hybrid membuat ada sebuah mobil yang sampai menggunakan embel - embel "HYBRID" dalam pemasarannya.


Yep, you guessed it : Suzuki Ertiga Diesel "Hybrid".


Sayangnya, kurangnya pemahaman tentang apa-apa saja jenis mobil hybrid di Indonesia itu berujung pada poor choice of marketing words yang bikin orang mengira Ertiga = mobil Hybrid beneran.


As expected, netijen yang budiman dan senang membully Toyota pun sebagian beranggapan bahwa ini mobil Hybrid "beneran".


Murahnya Ertiga jelas karena ini bukan benar - benar mobil "Hybrid". Agak-agak hybrid. Mungkin bisa dikatakan "hampir hybrid". Dan tidak salah juga sebenarnya dikatakan hybrid karena memiliki bantuan listrik walau kecil.

Suzuki Ertiga "Hybrid".


Sistem ini disebut mild hybrid.


Diesel engine di Ertiga tidak bekerja sendirian. Kerjanya "sedikit" dibantu oleh electric propulsion dari komponen alternator khusus yang memiliki fungsi sebagai generator listrik juga. Sehingga kalau selama ini alternator dikenal untuk ngisi accu saja, di Ertiga ada sebagian energi listrik digunakan untuk memberi torsi ekstra.

Walaupun kalau anda nyetir, torsi ekstra ini tidak terasa dan anda juga tidak mengerti kapan sistemnya aktif.


Jadi, memang sebaiknya tidak dijual dengan nama "Hybrid" sih.


Cannot-Run-on-Battery Hybrids.


Lalu kita masuk ke mobil yang beneran hybrid. Alias bukan hybrid-hybrid an, hybrid sungguhan. Mobil jenis ini punya baterai.


Anda mungkin ingat Honda CR-Z. Keren, bukan ? Mobil sport, dua pintu, dan Hybrid. Artinya, anda bisa menyelamatkan lingkungan dengan tetap terlihat keren.



Honda CR-Z edisi terakhir.

( sumber )


Tetapi kalau anda adalah orang yang termakan dengan segala jargon lingkungan yang dilempar oleh pabrikan mobil - maka siap - siaplah kecewa. Anda akan bertanya - tanya kapan CR-Z berjalan dengan fully electric power, yang sayangnya tidak akan pernah terjadi.


Lalu apakah CR-Z adalah sebuah pseudo-hybrid ?


Lagi - lagi tidak, karena CR-Z memang memiliki baterai yang dipasangkan ke mesin L15A 120hp we all know and love. Saat anda memerlukan tenaga tambahan, baterai ini akan memberi anda tambahan tenaga yang fenomenal sebesar..... 20hp.


Jadi total combined output pada Honda CR-Z adalah 140 hp.


Honda menyebutnya sebagai IMA - Integrated Motor Assist, dan sistem seperti ini membuat anda tidak terlalu memerlukan mesin berkapasitas besar. Dengan sistem ini, CR-Z memiliki net output setara dengan mesin SOHC R18 1.800cc.


Tetapi teknologi ini tak lagi digunakan oleh Honda. Current Hybrid lineup Honda sudah bisa berjalan dengan motor listrik saja.


Tidak lantas sistem seperti ini tidak efektif - contoh paling seksi dari penerapan sistem seperti ini adalah LaFerrari dengan net power output lebih dari 900 hp, dan anda tidak akan mengatakan LaFerrari mobil jelek, bukan ?

LaFerrari. Hybrid Hypercar yang tidak memiliki mode EV.

( sumber )


The Hybrid We All Know.


Kendaraan Hybrid dengan mode Elektrik.


Tentu saja kita semua sudah cukup kenal dengan sistem ini. In fact, sistem ini adalah yang populer di dunia dan mungkin sebentar lagi bisa cukup populer di Indonesia.

Toyota C-HR Hybrid, salah satu model hybrid Toyota yang dapat berjalan dengan motor listrik selama beberapa saat.


Bukan tanpa alasan sistem ini jadi populer. Di tengah semakin ketatnya standar emisi, hanya Hybrid jenis ini yang mampu memenuhi segala persyaratan emisi - saat ini, jika tentu saja kebijakan pelarangan terhadap semua internal combustion engine - yang belum tentu juga tidak menimbulkan gejolak masalah baru, diberlakukan.


To put it simply : dalam keadaan normal, low load, mobil ini akan berjalan dalam mode full elektrik saat baterai masih penuh. Jadi jika rute anda adalah bumper to bumper traffic setiap hari dengan kecepatan relatif rendah, anda hanya membakar sedikit sekali BBM.


Menyenangkannya lagi : anda tidak perlu charge mobil ini, karena energi baterai terisi lewat pengereman (kinetic energy - brake regenerative system).


Tetapi tidak di situ saja - well, hybrid model ini adalah jenis yang sangat flexible, dan tentu saja, menyenangkan.


Saat anda membutuhkan extra power, di sinilah hybrid jenis konvensional seperti ini bersinar : bensin dan motor listrik bekerja bersama memberi anda extra boost of power.


Sebagai contoh, Toyota Camry 2.5 Hybrid memiliki total output gabungan hampir 300 hp, nol ke seratus di angka tujuh detikan setara V6 counterpartnya! Dengan konsumsi bahan bakar tidak lebih boros dari citycar 1.500cc...


Dan karena banyak pabrikan melihat potensi hybrid jenis konvensional menjadi powerhouse - maka lahirlah mobil seperti McLaren P1 dan Porsche 918.

Hybrid on Socket


Jika anda menginginkan sebuah kendaraan yang tidak membakar bensin untuk regular daily commute tetapi di saat yang sama anda adalah orang yang suka jalan jauh - well, this could be the one for you.


Hybrid - dengan kapasitas baterai lebih besar. Memungkinkan anda menjadi seorang pahlawan lingkungan karena anda nyaris tidak menyalakan mesin bensinnya perkotaan. Contohnya, Mitsubishi Outlander PHEV memiliki jarak tempuh 54 kilometer. Kalau anda tinggal di kota yang tidak sebesar dan sepadat Jakarta, jarak tempuh seperti ini cukup untuk daily commute sehari-hari.

Mitsubishi Outlander PHEV di GIIAS 2019

( sumber )


Downside nya, fully charging dengan regenerative braking saja tidak cukup. Mobil ini sudah memerlukan soket untuk charging karena kapasitas baterainya besar. Tetapi ya, charging di PHEV seperti ini tidak akan memerlukan anda menunggu semalaman dari posisi low battery.


Plus untuk perjalanan luar kota anda bisa mendapatkan jarak tempuh yang sangat luar biasa, dan tentu saja - baterai tetap bisa menjadi power assist untuk tambahan tenaga saat ke luar kota.


So, it's a win-win.


Which one to pick ?


Harus diakui - for the foreseeable future, hybrid adalah penggerak yang paling masuk akal. The demise of ICE cars is still a long-long way. Apalagi di Indonesia.


Memilih Hybrid cars di Indonesia tidak mudah. Sebagian sudah tidak dijual lagi, sebagian memiliki harga sangat mahal.


Tetapi saya tidak akan jauh - jauh. Kalau anda menginginkan yang sudah pasti reliabel dan terjamin - tidak pernah salah memilih Toyota.


Beruntungnya, Toyota memiliki opsi termurah untuk hybrid car, dan barangkali ini adalah mengapa anda mesti memilihnya : ketiganya dibangun dari same platform (TNGA-C) : Toyota Corolla Altis, C-HR, dan Corolla Cross. Menggunakan mesin dengan output sama yang harus diakui - performanya tidak spesial, tidak se-bonkers Camry Hybrid walaupun konsumsi BBMnya memang spektakuler.

Dari kiri : C-HR, Corolla, Camry, Prius, Alphard. Seluruh lini Hybrid Toyota minus Corolla Cross Hybrid. Prius di sini sebenarnya hanya mobil yang dijual dengan special order - tidak dijual ke perorangan.

( sumber )


Bright side nya, jika kita mau lihat gambaran lebih besar, ini adalah platform Hybrid andalan Toyota di developing countries, dan sudah pasti long-term reliability dan parts terjamin.


Kalau anda sudah agak memiliki uang banyak : Toyota Alphard dan Camry Hybrid, lagi-lagi keduanya lahir dengan mesin yang sama.


Brand selain Toyota, not so much. Mitsubishi memiliki Outlander PHEV, Honda sudah tidak lagi menjual CR-Z, Suzuki sudah tidak lagi punya Ertiga Diesel SHVS.


Bahkan Nissan sudah tak lagi menjual X-Trail Hybrid dan Kicks tidak termasuk mobil hybrid walaupun punya mesin bensin yang hanya berfungsi sebagai.... genset, dan menurut pengetesan bahkan tidak lebih hemat dari hybrid sungguhan.


Dan kalau anda sudah masuk ke zona premium : BMW ada i8 yang merupakan Plug-in hybrid sportcar, Mercedes punya E300 e Plug-in Hybrid.


Porsche pernah menjual Cayenne e-Hybrid tetapi sekarang sepertinya sudah tidak lagi.

Porsche Cayenne e-Hybrid.


















80 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page