top of page
  • Writer's pictureChristian Aditya

"Luxurious" Sportcars

Ada sebuah lingkaran setan yang menghantui penjualan sportcar di Indonesia.


Yang saya maksud di sini bukan sport car - sekedar coupe 2 pintu (kalau nyebut mobil 2 pintu biasa diplesetkan jadi L300 dan kawan-kawan). Tetapi sportcar - mobil performa tinggi : VW Golf GTI, Honda Civic Type R, Subaru WRX STi, yang pintunya juga empat tapi termasuk sport - karena merupakan performance version dari tipe regulernya.


Kita semua bisa sepakat : sportcar di Indonesia tidak murah. Sportcar termurah kita saat ini adalah Toyota 86 dengan harga tujuh ratus juta-an.

Toyota 86 dan Mazda Miata adalah mobil sport termurah... tujuh ratus hingga delapan ratus juta rupiah.

( sumber )


Mahal-murah itu relatif, tentu saja.


Tetapi di negara seperti USA dan Jepang, Toyota 86 bukan mobil mewah. Harga mobil ini unda-undi dengan mobil seperti RAV4 dan CR-V. Artinya, ini sebenarnya mobil untuk middle-class perkotaan dan tidak seharusnya memiliki harga jauh di atas sebuah Honda Civic.


Karena mahal, akhirnya sportcar tidak memiliki penjualan yang memuaskan di Indonesia, dan karena demand yang sangat rendah ini - ngapain harus investasi membangun pabrik di negara tertentu untuk market sportcar ?


Akhirnya kita kembali ke starting grid : sportcar mahal, karena statusnya selalu imported dari negara nun jauh di sana, tanpa ada insentif pajak regional. Segala jenis pajak pun menimpa mobil - mobil ini.


Bahkan tidak eksklusif untuk jenis coupe.


VW Golf GTI terakhir dijual memiliki harga 800 juta, jauh sekali dengan VW Golf TSI 1.4 yang hanya 400-500 juta-an yang itupun sudah mahal. Honda Civic reguler memiliki harga 500 juta rupiah di saat Civic Type R, yang merupakan versi hot-hatchback nya harganya dua kali lebih mahal.

Good News : Honda menjual Type-R di Indonesia secara resmi. Bad news : Harganya dua kali lipat Civic "biasa"


Harga ini setara dengan sebuah BMW seri-3 baru yang artinya kaum mending-mending akan berkata "lebih baik beli BMW yang jelas lebih bergengsi daripada beli sebuah Civic yang diberi aksesoris". TIdak ada yang peduli dengan lap records atau berapa horsepower di balik bonnet.


Ketika harga sebuah hothatches diukur dari kacamata gengsi, anda tahu itu sesuatu yang salah.


Di negara seperti UK dan US mobil - mobil ini adalah your everyday car. Orang tidak perlu saving dan bekerja lebih keras untuk upgrade dari sebuah Civic reguler ke Civic Type-R. Bahkan di forum CivicX yang saya ikuti, orang Amerika dengan enteng mengatakan upgrade ke Civic Type-R jika mobilnya tabrakan, atau bahkan bertanya "apakah saya harus membeli Type-R atau Sport Touring (grade tertinggi Civic biasa di US)" itu seperti memilih antara Honda CR-V biasa atau Prestige.


Sebagai informasi Civic hatchback Sport Touring memiliki harga $28k atau setara 400 juta-an dengan kurs 14.000, dan Civic Type-R memiliki harga $38k atau setara 500 juta-an. Dengan pendapatan rata-rata orang Amerika (yang jelas di jauh di atas orang Indonesia), selisih harga seratus juta bukan angka yang banyak.


"Orang Indonesia tidak suka mobil Sport, lebih suka Mobil Keluarga."


Well, so does orang Amerika.


Mobil terlaris mereka tetaplah Toyota RAV4 dan Honda CR-V.


Tetapi itu tidak menjadikan mobil sport barang ultra-mahal di sana. Para pembeli RAV4 dan CR-V sangatlah mampu membeli Civic Type R atau Subaru WRX STI baru. Itu bukanlah barang eksklusif niche market seperti di Indonesia.

Kalaupun membeli mobil - mobil di atas, mereka membelinya sebagai daily driver yang dapat dipakai trackday - karena purpose utama mobil - mobil ini ya memang itu. Dari awal pabrikan merancang hot hatchback dan sportcar sebenarnya bukan sebagai mobil "niche" yang impraktikal.


Mereka mempertahankan seat belakang dan air conditioning supaya anda tetap dapat bekerja, grocery shopping, dan trackday di akhir minggu. Tidak ada yang eksklusif dari sebuah Toyota 86 atau Mazda MX-5 sekalipun.


"Jalan Indonesia 'kan jelek, pakai mobil sport gampang gasruk"


Pendapat ini valid jika anda tinggal di dekat area pertambangan atau di desa... atau anda harus bekerja melewati medan - medan sulit sehingga teman baik anda tentulah SUV seperti Fortuner.


Masalahnya...


Kalau anda tinggal di kota besar, menggunakan sport car atau sedan untuk sehari - hari rute rumah-kantor-tongkrongan, adalah hal yang sangat biasa. No seriously, mobil - mobil ini memang dirancang untuk dapat digunakan sehari - hari dengan konsumsi bahan bakar yang masuk akal dan ride comfort yang baik. Polisi tidur perumahan yang dibuat untuk mematahkan tengkorak pengendara 2-tak ugal-ugalan pun masih lewat.

Really, mobil-mobil seperti ini tidaklah menyulitkan jika ingin anda gunakan sebagai daily commuter sekalipun


Satu - satunya skenario anda tidak dapat menggunakan sport car tentu saja adalah banjir. Well, banjir awal 2020 di Jakarta juga menenggelamkan banyak SUV dan crossovers yang diklaim aman banjir. So...


I know You like One, and You want One.


Sudahlah, tidak perlu justify dengan alasan - alasan di atas. Anda ingin punya sportcar, saya yakin.


Anda boleh saja nyinyir dengan para anak muda crazy rich kota besar dengan sebuah Lamborghini V12 yang boros bensin dan tidak praktikal - tetapi jika anda punya sumber daya yang sama, taruhan saja, anda pasti juga beli.

Saya tahu anda ingin satu, hanya saja harganya memang mahal.


Mengapa saya sangat berani berkesimpulan ? Ya lihat saja anggota klub mobil sport di kota besar. Rata - rata anggotanya lintas generasi dari usia 20-an hingga 50-an lebih - dan anggotanya tidak sedikit. Membuat saya yakin bahwa Indonesians love sportcars and they buy it if they can.


Sport car - meski itu hanya sebuah Honda S2000, Toyota 86, Mazda MX-5, tetaplah memiliki "kasta" yang berbeda, level "coolness" yang berbeda dengan mobil kebanyakan. Hampir semua wanita teman saya mengatakan mobil impiannya adalah MINI Cooper yang harganya empat kali dari Honda Brio tunggangan sehari - hari mereka.


"Incentives" for Sportcars ?


Tidak, saya tidak berharap insentif untuk mobil sport karena itu absurd. Bahkan fakta ini juga dialami oleh negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand.


Saya bisa cukup paham. Mahalnya sportcar di Asia Tenggara adalah produk akibat dari hanya dibuatnya sportcar di satu negara tertentu. Sportcar bukanlah prioritas pabrikan mobil dalam menjual kendaraan, kembali lagi - karena lingkaran setan di atas, jumlah penjualannya sedikit, dan pabrikan akan selalu prioritas ke local models yang benar - benar terjual.


Tetapi pertanyaannya kembali ke soal afordabilitas :


Mengapa sesuatu yang dirancang untuk affordable di satu tempat, menjadi barang mahal dan mewah di tempat lain ?















64 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page