top of page
  • Writer's pictureChristian Aditya

Mobil Bermasalah

Beberapa minggu lalu ada sebuah diskusi yang menggelitik di sebuah forum otomotif.


Ada seorang yang ingin membeli sebuah mobil merek "S", ia sampai bergabung ke grup mobil tersebut di Facebook untuk mencari info, dan berujung parno sendiri karena ternyata ada sebagian kecil user yang mengalami masalah minor.


Saya yakin tidak sedikit orang seperti orang ini. Berminat dengan sebuah mobil dan tertarik mencari tau, tetapi semakin tahu justru semakin parno - karena realitanya mobil yang anda inginkan juga tidak bebas dari masalah.


Satu fakta "menakutkan" yang ingin saya perjelas - berdasarkan pengalaman pribadi :


Tidak ada mobil yang tidak bermasalah.


Pengalaman aktif di forum otomotif, membuat saya kenyang mendengar semua mobil ada saja kans punya masalah : dari masalah kecil seperti bunyi kaki-kaki hingga overheating dan terbakar. Padahal masih baru gress, dan bukan mobil dengan reputasi rewel / rusakan.

Sebuah Toyota Yaris yang baru 2 hari keluar dealer terbakar

( sumber )


Bergabunglah ke grup Facebook mobil apapun, anda bisa menemukan sejuta komplain di sana. Mobil apapun.


Kabar baiknya : tidak semua masalah adalah masalah.


Dalam mobil sejenis, belum tentu satu unit mengalami masalah yang sama dengan unit lain. Ini disebut Defective Units / unit yang "cacat". Anda pun pasti bertanya : mengapa mobil seperti ini bisa lolos Quality Control ketat dan PDI (Pre-delivery Inspection) dan beredar di pasaran?

Proses pengecekan kualitas (Quality Control) pada pabrik Toyota di Jepang.


Yang harus diketahui adalah Quality Control punya keterbatasan.


In any common sense, tidak ada mobil yang "rusak" bisa lolos inspeksi pabrik. Semua mobil keluar dari pabrik pasti lolos inspeksi, pasti bisa melakukan fungsi - fungsi dasar dan fiturnya bekerja semua.


Tetapi ada hal - hal yang tidak terdeteksi Quality Control, misalnya premature wear. Komponen yang rusak sebelum waktunya, bahkan bunyi-bunyian pada suspensi dan rattling pada dasbor dan panel - panel.


Tidak jarang juga cacat produk berasal dari kelalaian third-party supplier yang belum terdeteksi. Bagaimanapun, mobil terdiri dari berbagai komponen yang dibuat oleh banyak orang, bermacam - macam supplier part, dari berbagai macam negara dengan etos kerja berbeda. Anything can happen.


Juga, ada hal - hal yang baru ketahuan saat pemakaian. Bisa saja mobil aman-aman saja saat proses Quality Control, tapi masalahnya baru muncul saat di tangan konsumen.


Ini tidak serta-merta membuat final checking di pabrik tidak relevan, karena premisnya adalah batasan - batasan pada saat quality control.


Sebenarnya pabrikan tidak lepas kontrol saat mobil sudah di tangan konsumen - servis berkala dan garansi sejatinya adalah bentuk kontrol pabrikan. Apapun komplain pelanggan dan masalah yang muncul laporannya akan diteruskan ke pusat untuk dipelajari dan diselidiki lebih lanjut.


Proses kontrol ini yang menentukan di mana akar masalah tersebut, lalu apakah mobil memerlukan recall atau tidak.


Jika masalah yang sama muncul berkali-kali pada unit serupa, sangat mungkin dilakukan recall. Recall dilakukan jika terdapat kerusakan yang bersifat design flaw / kesalahan desain.


Lho, kok bisa orang salah mendesain ? Ya klasik jawabannya : barang buatan manusia.

Kasus recall massal Takata Airbags, akibat kesalahan desain yang menyebabkan adanya serpihan (projectile) pada saat airbag meledak, menyebabkan penumpang luka. Salah satu recall terbesar dalam industri otomotif yang menyebabkan kebangkrutan perusahaannya.

( sumber )


Recall adalah proses yang makan waktu dan biaya besar. Pabrikan harus punya perhitungan menentukan kebijakan recall. Takata bahkan mengumumkan bankrupt setelah melakukan recall besar-besaran untuk kendaraan yang menggunakan airbag buatannya.


In the biggest bankruptcy of a Japanese manufacturer, Takata faces tens of billions of dollars in costs and liabilities resulting from almost a decade of recalls and lawsuits. Its airbag inflators have been linked to at least 16 deaths and 180 injuries around the world because they can rupture and send metal fragments flying.

Tidak semua kasus masif memerlukan recall. Pabrikan harus menyelidiki batch produksi dan VIN nomor berapa saja yang terdampak. Jika masalah tidak pada assembling, penyelidikan berlanjut ke pihak supplier, apakah batch produksi tersebut menggunakan part batch tertentu dari supplier yang sama.


Tidak jarang kasus recall itu baru diumumkan beberapa tahun setelah model beredar - atau malah sudah discontinued, ya karena lamanya proses penyelidikan ini.


Ada beberapa case yang sifatnya masif tapi random, sehingga sulit dilakukan recall. Misalnya kasus kaki-kaki di HR-V, sampai sekarang tidak ada recall untuk ini. User terdampak hanya melakukan warranty claim seperti biasa.

Kejadian kaki-kaki di Honda HR-V yang cukup acak, sehingga menyebabkan belum dilakukan recall.


Ke depannya akan ada recall ? Bisa jadi, who knows ?


Lawsuits


Kasus hukum terkait produk cacat dan tanggung jawab produsen sudah sangat umum terjadi. Di luar Indonesia, salah satu kasus terbesar adalah kasus pedal gas "nyangkut" di beberapa model Toyota di Amerika Serikat.


In addition to the $1.2 billion fine, which will go into the government’s coffers, Toyota faces nearly 400 wrongful-death and personal-injury lawsuits. It has settled at least seven lawsuits in the past few months.
“The Justice Department settlement with Toyota is a complete game-changer,” said Clarence Ditlow, executive director of the Center for Auto Safety, a watchdog group. “Until today, automakers faced insignificant fines and no criminal penalties under the Vehicle Safety Act. Today’s fine of $1.2 billion against Toyota makes the $35 million maximum fine that [federal regulators] can impose seem like chump change.”

Indonesia baru memiliki payung hukum soal recall / penarikan ulang kendaraan pada 2018, diatur dalam permenhub no. 33 / 2018 tentang pengujian tipe kendaraan bermotor, pada pasal 79 ayat 3.


1. Terhadap Kendaraan Bermotor yang telah memiliki SUT atau Surat Keputusan Rancang Bangun yang ditemukan cacat produksi, mempengaruhi aspek keselamatan, dan bersifat massal, wajib dilakukan penarikan kembali untuk dilakukan perbaikan.
2. Kendaraan Bermotor yang ditemukan cacat produksi, dan mempengaruhi aspek keselamatan serta bersifat massal, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Cacat desain; atau
b. Kesalahan produksi.
3. Terhadap kendaraan bermotor yang ditemukan cacat produksi, dan mempengaruhi aspek keselamatan serta bersifat massal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perusahaan pembuat, perakit, pengimpor wajib melaporkan kepada Menteri sebelum dilakukan penarikan kembali untuk dilakukan perbaikan.
4. Perusahaan pembuat, perakit, pengimpor sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib bertanggungjawab untuk melakukan perbaikan terhadap kendaraan bermotor yang ditemukan cacat produksi, dan mempengaruhi aspek keselamatan serta bersifat massal.
5. Terhadap kendaraan bermotor yang telah dilakukan perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib dilaporkan kembali kepada Menteri.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penarikan kembali kendaraan bermotor yang ditemukan cacat produksi, dan mempengaruhi aspek keselamatan serta bersifat massal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri tersendiri.

Doing Research


Ada banyak sekali lembaga independen yang melakukan studi mengenai ketahanan kendaraan.


Salah satu lembaga besar yang terkenal sering melakukan studi ini adalah J.D. Power yang menggunakan metode pelaporan problems per 100 vehicles (PP100).

Vehicle Dependability Study tahun 2020 yang dilakukan oleh salah satu lembaga di Amerika : J.D. Power.

( sumber )


However, kelemahan dari survey seperti ini adalah : data antar satu lembaga dan lembaga lainnya bisa saja berbeda karena perbedaan lokasi, waktu, metode survey, dan tidak semua datanya open for public.


Data seperti ini saya yakin tidak menjawab apapun tentang pertanyaan anda, tetapi ada situs seperti carcomplaints.com yang berisi kumpulan masalah - masalah yang dialami setiap model secara spesifik. Anda bisa mempelajari dari situ untuk mengetahui seberapa banyak model yang anda minati dikeluhkan.


Atau, do your own research. Dari antara banyak masalah di grup Facebook tadi, mana masalah yang paling sering muncul ?


Terkadang ada banyak komplain juga bukan karena mobilnya bermasalah, tapi karena user belum membaca buku owner's manual. Padahal banyak so-called "masalah" ini solusinya ada di buku manual : contohnya adalah indikator oli Honda Civic / CR-V baru.

Indikator maintenance minder / ganti oli yang kerap menjadi masalah di Honda CR-V / Civic karena kurangnya pemahaman konsumen.

( sumber )


Problem Solving : How not to be a Charitable Consumer.


Yang lebih penting adalah bukan cuma identifikasi masalahnya, tetapi juga bagaimana penanganan pihak produsen terhadap komplain tersebut.


Mobil anda mungkin bermasalah, tapi bagaimana metode pabrikan / bengkel resmi menanganinya ?


Beberapa masalah mungkin akan bersifat tambal-sulam karena alasan tertentu seperti : mobil tersebut tidak diproduksi lagi, tetapi apakah dealer menjelaskan pokok permasalahan dan saran penggunaan, atau hanya sekedar ganti part lalu selesai ?


Jika jawabannya yang kedua, saya ingin mengucapkan : semoga amal anda dibalas oleh Yang Kuasa.




88 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page