top of page
  • Writer's pictureChristian Aditya

Ngobrolin Industri Mobil dan Pandemi

Updated: May 26, 2020

Jauh - jauh sebelum pandemi COVID-19 merebak di seluruh dunia, sebenarnya sudah banyak ahli yang meramalkan akan terjadinya resesi ekonomi dalam waktu dekat.


"Pengunduran diri Inggris (Brexit) tanpa kesepakatan akan memakan banyak biaya dalam waktu dekat, berpotensi mendorong Inggris ke dalam resesi pada 2020 dan mengurangi pertumbuhan di Eropa secara signifikan," OECD memperingatkan.

Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) juga telah menurunkan perkiraan globalnya pada bulan Juli, menjadi 3,2% dari prediksi sebelumnya 3,3%. Perang dagang antara AS dan China juga menjadi penyebab.

Resesi ekonomi adalah peristiwa periodikal, yang entah kenapa terjadi dalam siklus 10 tahunan selalu terjadi. Terakhir di tahun 2008-2009 itu terjadi resesi ekonomi.

Lalu sekarang, 2020. Resesi di depan mata, dan adanya pandemi COVID-19 seakan mempercepat segalanya. Perlambatan ekonomi akibat kebijakan lockdown dan physical distancing di berbagai negara membuat banyak sektor bisnis tekor.

Transportasi ? Jelas salah satu yang terburuk.


Moda angkutan jalan misalnya, penurunan angkutan penumpang mencapai 75 persen hingga 100 persen pada semua moda. Penurunan omset terjadi baik moda angkutan antar kota, maupun moda angkutan perkotaan non subsidi public service obligation (PSO).
Pada angkutan laut, kinerja per Maret 2020 mengalami penurunan sekitar 15 persen. Penurunan kinerja ini diperkirakan akan semakin parah beberapa bulan kedepan akibat penurunan distribusi. Penurunan kinerja yang sama juga terjadi pada angkutan udara.

Siapa yang butuh kendaraan jika banyak pekerja - tentu saja mayoritas pekerja kantoran bergaji lumayan yang mampu kredit mobil baru - dianjurkan bekerja di rumah, anak - anak sekolah juga bersekolah di rumah, banyak PHK, pengusaha income nya menurun, dan pemotongan gaji serta tunjangan. Pedagang, omzet nya menurun drastis. Profit bulanan sukur - sukur bisa membayar gaji dan tentu saja : THR karyawan. COVID-19 tidak kenal waktu, harus banget muncul waktu dekat lebaran…

Dengan kondisi yang tak menentu seperti ini, keberadaan dana cadangan sangatlah krusial. Biasanya bagi masyarakat Indonesia yang gemar membeli mobil baru untuk mudik lebaran, karena kondisi ekonomi yang sekarat, otomatis rencana beli mobil atau motor baru harus ditunda dulu. Tahunan mengumpulkan DP untuk menebus mobil baru terpaksa harus dialihkan untuk sesuatu yang lebih urgent.



Korporat besar, jelas tidak ada tim purchasing atau finance yang cukup gila menyarankan bossnya untuk menambah armada operasional. Di sebuah forum otomotif, ada beberapa user mengatakan bos atau kenalannya terpaksa menunda rencana pembelian armada baru, atau bahkan dialihkan untuk membeli kendaraan yang lebih murah - jika memang benar - benar butuh.

Hasilnya? Eng ing eng.




Para raksasa, jawara bertahan penjualan mobil yang biasa mencetak rekor lebih dari ribuan unit sebulan terpaksa anjlok, kalau tidak mau dibilang ambles, sisa hanya ratusan bahkan puluhan unit saja.

Mobil sejuta umat andalan kita - the mighty Toyota Avanza, tergeser ke urutan 6 dengan angka 277 unit saja, dari kondisi “normalnya”, 7 ribuan unit, 10 ribuan unit bahkan sebelum terganggu oleh kehadiran model - model seperti Xpander dan Ertiga. Walaupun sebenarnya popularitas model ini tidak terlalu gandrung belakangan, dikarenakan pasar taksi online didominasi oleh adiknya sendiri, Calya. Pembeli Avanza/Xenia jika saya perhatikan sekarang kebanyakan untuk keperluan fleet atau rental, apalagi sejak BlueBird beralih ke Transmover (eh, ini dimasukin ke penjualan Avanza nggak ya? Karena Brio dan Brio Satya aja dipisah).

Yang tidak terdampak hanya Toyota Alphard dan Suzuki Jimny. Oh well, yang kedua sih kayaknya memang baru “ngirim”, gak heran ramai sekali di kanal Youtube para influencer.

By the way, angka di atas itu wholesales. Artinya itu unit yang didistribusikan dari pabrik ke dealership se-Indonesia. Artinya, permintaan dari dealer sangat sedikit, terjadi penumpukan stok dari bulan sebelumnya.

Tidak hanya itu, sepertinya penurunan jumlah juga diakibatkan oleh menurunnya aktivitas pabrik. Pabrik mobil - bahkan merek sebesar Honda saja “merumahkan” sebagian karyawan pabrik. Saya yakin di kondisi seperti ini, katakan 50% karyawan pabrik dirumahkan, pastinya juga terjadi penurunan aktivitas pabrik, dengan kata lain jika ada 50% karyawan, bisa saja aktivitas pabriknya kurang dari 50% demi menghemat anggaran, setidaknya bisa “nutup” untuk operasional.

Lalu juga masalah di lembaga pembiayaan, sudah pasti banyak kredit “macet”.


Pandemi COVID-19, kata dia, membuat perekonomian kering, sehingga permintaan konsumen ikut menurun. Situasi itu kemudian diperburuk dengan meningkatnya kredit macet yang memaksa perbankan dan perusahaan pembiayaan memperketat seleksi pembiayaan.

Sales juga banyak yang beralih sambilan berjualan masker atau frozen food - semoga dealer bisa memaklumi mereka yang kesulitan mencapai target. Oh ya mengenai target, GAIKINDO juga merevisi target tahunan.


"Prediksi penjualan 2020 tadinya asumsi di 1,1 juta unit. Namun prediksi kini akan mencapai 600 ribu saja atau turun 40-50%. Itu sepanjang 2020," kata Ketua 1 Gaikindo Yongki Sugiarto.

Hanya berspekulasi, tapi saya juga yakin bengkel, mesin cetak uangnya dealer mobil, juga pasti terdampak. Bulan - bulan mendekati lebaran dan setelah lebaran biasanya mereka cetak uang sangat banyak karena banyak mobil servis, sekarang terpaksa hanya menerima servis reguler saja - sambil dengan rajin para CS mengontak pengguna yang lalai servis secara lebih intens. Divisi spare parts pun juga terhambat - lah yang mau servis saja sedikit. Belum lagi SOP servis yang semakin banyak : sterilisasi area bengkel, sterilisasi kabin mobil, pick-up service semakin intens.




"Kalau dibandingkan servis di bengkel dengan servis menggunakan mobile service, kami bandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya servis di bengkel itu turun sekitar hampir 30 sampai 40 persen karena juga dipengaruhi banyak bengkel yang tutup," jelas dia.

Sampai kapan ? Well, mari kita berharap 1-2 bulan lagi semua kembali normal, walau menurut para ahli tetap “new normal” ini butuh penyesuaian setidaknya hingga tahun depan.

Bagaimanapun aktivitas manusia belakangan ini justru terlihat semakin normal - antara sudah jengah atau memang lupa ada virus. Antara harus senang karena ekonomi perlahan - lahan pulih, atau sedih karena kita masih jauh dari kata final menghadapi pandemi ini.

Well setidaknya setelah pandemi usai dan “new normal” mulai terjadi, anda bisa balas dendam dengan membeli mobil baru - yang diskonnya pasti terkoreksi banyak.

50 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page