top of page
  • Writer's pictureChristian Aditya

Possible Causes in DFSK Glory Case

Tujuh orang mengguna DFSK Glory 580 menuntut PT. Sokonindo Automobile - ATPM DFSK di Indonesia karena mobilnya tidak kuat menanjak.


Bisnis.com, JAKARTA - Tujuh pengguna mengklaim mobil Glory 580 tipe Turbo CVT produksi PT Sokonindo Automobile (DFSK) tidak kuat menanjak dan telah mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
David Tobing selaku kuasa hukum konsumen menjelaskan mobil sport utility vechile (SUV) dengan tahun pembuatan 2018 itu, disebut mengalami kendala saat berjalan di tanjakan dan/atau ketika berada di kemacetan yang menanjak (stop & go) baik ketika digunakan ke luar kota atau parkiran mal.
"Jika masalah itu cepat ditangani oleh DFSK, tentunya tidak harus sampai ke meja hijau. Ini soal bagaimana merespons keluhan konsumen. Jika ada kekurangan ya recall atau tanggung jawab dengan kompensasi," kata David seperti dikutip dari Antara, Sabtu (5/12/2020).

Surprising.


Mobil ini memiliki 1.5 Liter Turbo dengan transmisi CVT dan in this day and age - sebuah mobil modern tidak kuat nanjak.


Dan media seperti bola liar. Carilah kata kunci DFSK Glory 580 di mesin pencari dan kasus ini menjadi headline berita utama.


Reputasi DFSK Glory 580 - dan Chinese cars lain di Indonesia dipertaruhkan. Jika tidak ada kejelasan, akan bernasib sama seperti Civic Turbo yang masih menimbulkan banyak sekali misinformasi mengenai kejadian oli "boros" akibat tidak adanya kejelasan - baik dari mainstream media atau PR ATPM sendiri.


Opsi satu -satunya : non-user dan calon user pun harus rajin mencari informasi di forum pengguna.


Saya tidak terlalu menyukai mobil merk Tiongkok - tetapi saya akan fair. Dan fakta bahwa banyak netijen tidak memiliki pemahaman yang baik soal mekanikal di mobil, misinformasi adalah hal yang berbahaya.


Possible Cause - Traction Control "Powercut"


Glory 580 datang dengan fitur yang sangat kaya dan traction control adalah salah satunya. Traction control adalah sebuah penemuan canggih yang sudah mencegah banyak sekali "oh snap!" moment.


Di balik sistem itu ada sebuah algoritma canggih. Sebuah protokol keamanan computerized yang terdiri dari sejumlah sensor dan aktuator. Mekanisme ini akan melakukan apapun supaya anda tidak menabrak pohon akibat understeer atau oversteer : mengurangi tenaga mesin, memberikan tekanan pengereman berbeda di tiap roda, dll.


Sebuah sistem yang sangat sophisticated - on paper dan on-brochure.


Traction Control System (TCS)

( sumber )


Masalahnya : real world scenario sangat beragam - dan setiap merek nampaknya tidak sepakat tentang sistem seperti apa yang harus mereka desain. Sistem kontrol traksi di BMW dan Toyota bisa saja berbeda sekali dan melakukan aksi berbeda di skenario yang sama. Misalnya, yang satu dapat membiarkan bokong mobil slide sedikit dengan terkontrol dan yang satu lagi baru saja berdecit sedikit sudah mendeteksi oversteer. Seperti ibu anda yang ketika melihat kita ke arah dapur langsung histeris karena berpikir kita akan memecahkan mangkuk dan bermain pisau.

Traction Control pada BMW, membiarkan anda sedikit "bermain"

( sumber )


Lalu masuk ke kasus Glory 580...


Menurut penemuan saya sebagian diskusi mengarah ke masalah pada traction control system.

*model di video memang Glory 560, tetapi bisa saja sistem yang sama digunakan di 580.


Dari GridOto

"Akhirnya, saya memutuskan untuk mundur dan parkir di lantai 1 di kapal tersebut. Selain itu Glory 580, saya lihat RPM-nya selalu turun saat nanjak berat, akhirnya saya betulkan sendiri Traction Control-nya," sambung Iwan.

Beberapa pengguna di SerayaMotor :


kalo engga silakan coba matikan traction controlnya om pas mau nanjak biar tenaganya keluar semua.
ada di yutube, lupa akunnya siapa, bikin video gmn cara nanjak pakai 560. Dan memang benar harus di off dulu itu TC-nya, langsung strong sampe atas. Soalnya didemonstrasikan juga waktu TC on tu 560 gak kuat nanjak, malah mundur.

Tanjakan adalah skenario yang sangat tricky. Mobil apapun bisa tidak kuat menanjak hanya karena kondisinya tidak ideal atau faktor pengemudi. Bahkan skenario ini bisa saja dijadikan bahan black campaign.


Tetapi jika ada tujuh orang langsung yang menuntut ? Well, apakah tujuh orang yang sama - sama mengendarai mobil dengan kondisi yang mirip ? Saya ragu.


Jika masalahnya berputar di traction control ; possible cause nya adalah : traction control pada DFSK Glory mendeteksi adanya slip di permukaan jalan. Pada level ini mesin memutuskan untuk melakukan powercut supaya tidak selip.


Artinya, bisa saja mobil bukan tidak kuat nanjak, tetapi pengemudi yang justru "takut" menginjak pedal gas agak dalam, yah, apalagi jika dalam antrian yang sangat panjang. Karena ada seorang pengguna di SerayaMotor juga mengatakan demikian :

Sebenernya selama ini saya akalin pake injek rem kaki sambil gas dikit atau pas kosong lgsg full throttle. Tapi kalau lagi macet merayap, lgsg full throttle bahaya karena keluarnya tenaga unpredictable, bisa2 nabrak depan. Ya selama ini ud komplen ke beres memang gitu karakter mobilnya, jd saya terima2 aja kalau ini mobil & mkgn sebagian besar mobcin, drivetrainnya tdk refined spt Japanese competitornya karena bayangannya ambil2 parts perusahaan lain trus dirakit jadi satu. CMIIW

Belum lagi jika ada steering angle dilibatkan, bisa saja sistem justru menangkap skenario pengemudi sedang berbelok di jalanan selip.


Jadi, jika anda pengguna DFSK products - mungkin melakukan override seperti ini adalah salah satu solusi sementara sebelum mobil anda di-recall.


Jika masih tidak selesai juga - anda bisa ikut mengajukan tuntutan.


The Lawsuit Problem


Dituntut tujuh miliar dari tujuh orang pengguna. Jelas bukan pengalaman menyenangkan. Apalagi untuk sebuah merk dari Tiongkok yang sedang membangun reputasinya.


Di atas sekali lagi hanya possible cause berdasarkan diskusi di forum internet dan kanal berita otomotif - mungkin saja ketujuh orang ini sudah melakukan trik yang sama dan tetap masalah tidak selesai. Clearly, ada sebuah masalah serius di sini yang tidak dapat diselesaikan dengan "baik - baik" - dan sekedar garansi tujuh tahun.

Clearly, ada masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan "super warranty".

( sumber )


Hanya ada dua output di sini : win big or lose big.


Win big : Kesempatan bagi sebuah merk baru untuk melakukan PR stunt pertama mereka - dan karena mereka perusahaan Tiongkok, bisa saja di dalamnya sudah terdapat tim ahli hukum dan PR yang cukup kredibel.


Atau mereka bisa saja lose big, yang masalahnya tidak hanya sekedar membayar tujuh miliar - tetapi juga reputasi DFSK itu sendiri.





143 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page