top of page
  • Writer's pictureChristian Aditya

Reality Check : Old vs New

Time Flies.


1990 sudah bukan lagi satu dekade yang lalu. Sudah tiga dekade.


Anak yang lahir di awal tahun 2000-an sekarang sudah berusia 20 tahun.


Dalam waktu 30 tahun saja, ada banyak perubahan yang terjadi. Budaya manusia, transportasi, bisnis, teknologi, keuangan, dll. Dulu tidak semua orang memegang benda hitam kotak dengan layar sentuh, zaman dimana sebuah Nokia 3310 adalah barang mewah. Sekarang bahkan tukang ojek pun punya satu smartphone.


Setiap zaman akan selalu mengalami pergeseran.


Tetapi perubahan tidak selalu sama bagi setiap orang. Semakin tua usia anda, semakin sulit untuk beradaptasi. I mean, setiap anak millenial di sini pasti mengalami betapa sulitnya mengajari orang tua mereka membuka e-mail atau WhatsApp, menjadi "IT Staff" di rumah setiap ponsel orang tua lemot akibat banyaknya files yang tidak dibersihkan dan aplikasi yang lama tidak di-close.


Bahkan lebih parah, mungkin mengalami menjadi orang yang meluruskan informasi beredar dari grup WhatsApp keluarga yang rawan hoax karena generasi di atas kesulitan membedakan berita asli dan palsu.



Mungkin dunia otomotif sekarang pun - sama membingungkannya bagi generasi di atas kita.


Saya masih sangat sering mendengar - bahkan dari orang yang tidak berusia terlalu tua, bahwa mobil sekarang mengalami penurunan kualitas. Pelat bodi menipis, bumper plastik, dasbor plastik, minim bahan kulit dan soft touch materials.


Mengingat scientific literacy yang rendah di negara kita - hal seperti ini adalah sesuatu yang wajar terjadi, apalagi di kalangan awam yang tidak terlalu mendalami otomotif. Lucunya terkadang media atau "jurnalis" otomotif juga ikut meng-amini pemahaman seperti ini, akibat kurangnya research.


So, let's have a reality check : benarkah mobil lama lebih baik ?


"Baik" sendiri adalah sebuah kata yang tidak ada definisi jelasnya dan sangat subjektif. Baik menurut siapa ? Kita cenderung mengikuti standar baik yang diajarkan oleh lingkungan, atau orang tua, secara dogmatis. Termasuk soal penilaian terhadap mobil.


Point 1 : What is a Car ?


Kita semua membeli mobil dengan satu alasan tertentu, tetapi ia tidak lepas dari fungsi utama sebagai sebuah transporter, sebuah benda yang mengantarkan kita ke satu tempat ke tempat lain, dan karena itu sensibilitas adalah hal yang utama.


Orang tua kita mungkin hidup di zaman bodi mobil setebal panser adalah hal yang normal, mengemudi 40 km per jam sudah dianggap kencang, rem teromol di keempat roda dengan karakter pengereman Senin-Kamis : diinjak Senin berhenti Kamis, tanpa ABS dan EBD, dan di hari - hari itu, kecelakaan adalah death sentence. Fatality rate nya mungkin seperti Black Death dibanding seasonal flu. Anda hanya bisa berdoa untuk selamat.


Di sini kita melihat kebutuhan lain : bagaimana benda ini aman untuk dummies, karena jelas anda ingin sampai ke tujuan dengan seluruh badan dan penumpang utuh, bukan ? Sekarang mengerem dari 180 km per jam ke nol, hanya butuh satu injakan saja tanpa takut menabrak tembok. Kecelakaan yang dulu mungkin membuat anda sakaratul maut, kini dapat anda lalui tanpa satu goresan pun walau mobil sudah seperti rempeyek dengan seluruh airbags mengembang.




Kerusakan struktur pada Chevrolet Malibu 2009 (kiri) vs Chevrolet Bel Air (kanan) pada saat pengujian small overlap test.

( sumber )


Lalu memiliki mobil artinya daily expense anda bertambah : perawatan, bahan bakar. Tentu saja anda tidak ingin memiliki kendaraan tetapi anda sehari - hari berakhir makan mi instan karena uang habis untuk bayar BBM.


Ini adalah problem lain : Efisiensi. Bagaimana kendaraan menjalankan fungsinya sebagai transporter yang tidak hanya nyaman, aman, tetapi juga aman untuk pengeluaran harian anda.


Permasalahan transportasi dari zaman awal mobil diciptakan sampai hari ini - sebenarnya berputar - putar di sini saja. Persoalan safety dan efisiensi.

Hybrid, salah satu usaha untuk membuat mobil lebih efisien.

( sumber )


Mesin yang semakin baik mengolah energi dan membuat performa mobil harian anda mungkin hari ini setara sports car di 30 tahun yang lalu, bodi semakin ringan dan strukturnya semakin rigid, berimbas ke handling yang semakin baik, hasil crash test yang tidak membunuh anda, dan tambahan safety systems seperti radar collision warning atau blind spot monitoring,


Jika dilihat dari standar fungsi dasar saja - mobil zaman sekarang itu fenomenal. Jika standar "lebih baik" adalah fungsi dasar ini, tidak ada alasan mengatakan mobil sekarang lebih buruk.


Point 2 : "Harder" and "More Pricey" to Maintain ?


Sebuah pandangan populer : teknologi - teknologi ini membuat maintenance mobil semakin mahal, karena semakin banyak komponennya.

Well, tidak sepenuhnya salah juga. Teknologi semakin baik artinya membutuhkan BBM dengan grade lebih tinggi. Oli juga sekarang direkomendasikan menggunakan synthetic dengan grade viskositas semakin tipis seperti 0W-20, yang harganya sudah pasti tidak murah.


Lalu perawatan... Sebuah sensor ABS harganya bisa jutaan. Headlamp dengan teknologi bermacam - macam sekarang saja harganya lebih mahal dari UMR pekerja di ibu kota. Belum sistem injeksi bahan bakar yang juga biaya per komponennya jika memerlukan penggantian dapat membuat anak anda putus sekolah karena lebih mahal dari SPP sekolah elit di ibukota.


Semuanya terdengar menyeramkan.


Tetapi mari kita coba lihat dari perspektif yang lebih luas.


Di mobil zaman dulu, memiliki mobil artinya harus sedikit banyak tau mengenai mekanikal. Semua serba manual, mesin anda bisa batuk - batuk tanpa sebab karena setelannya kurang presisi, bisa mogok karena platina nya basah, bongkar - bongkar mesin adalah hal biasa bagi orang dulu.


Di zaman sekarang, yang mungkin membuka kap mesin anda adalah mekanik bengkel saat perawatan rutin per enam bulan atau setahun sekali.


Oli full synthetic terdengar mahal, tetapi sebanding dengan daya tahannya. Banyak pabrikan sekarang memberi rekomendasi mengganti oli setiap satu tahun atau 10.000 kilometer - walaupun nyatanya banyak yang mengganti tetap 6 bulan sekali demi peace of mind karena memang kualitas oli akan sangat tergantung kondisi pemakaian.


Untuk harga BBM kita bisa berdebat panjang - tetapi dari segi mobil sebagai appliances, pabrikan mobil sangat berbaik hati memberikan ECU yang dapat langsung retard timing atau mengubah mapping ketika diisi BBM kualitas rendah, dan penyesuaian di komponen sistem emisi dan bahan bakar. Dengan semua itu pula SUV anda masih lebih efisien dibanding sebuah Toyota Kijang di masa lalu.


Part - part elektronik - saya tidak mengatakan tidak mungkin rusak, tapi ayolah, belum tentu sekali dalam lima tahun anda perlu mengganti salah satu dari sensor - sensor tersebut. Oh, tentu saja dengan asumsi bahwa kendaraan anda adalah mobil yang banyak beredar di jalan raya. Expenses terkait elektrikal yang paling banyak akan anda habiskan adalah mengganti accu atau bohlam lampu.


Bahkan kendaraan turbodiesel dengan piezoinjector saja belum tentu anda perlu ganti injektornya selama lima tahun - tentu saja saya tidak perlu menyebutkan bahwa mobil harus dirawat rutin dan mengikuti syarat BBM yang ditentukan.


Istilahnya, semua big spending ini sebenarnya terkesan mengerikan ketika kita hanya melihat nominal angka saja, dengan mengabaikan seluruh kemudahan yang diberikan dan jangka waktu pemakaian yang relatif lebih lama.


Satu - satunya yang tidak enak dari mobil serba-elektronik adalah : semakin bergantungnya kita pada mekanik dan bengkel. Ketika sh*t happens di jalan dan itu berhubungan dengan kerusakan elektronik, pilihan antara mengemudikan mobil yang "cacat", atau pasrah menunggu mobil towing jika protokol keamanan mobil mencegah mobil bergerak.


Point 3 : "Harder to Tune ?"


Saya tidak mengerti bagaimana mobil modern bisa dikatakan lebih sulit di-tuning.


I mean, di zaman dimana sekarang ada banyak sekali orang - tanpa pemahaman yang mendalam soal mesin, dapat mengemudikan sebuah Toyota Kijang Innova bertenaga 200 hp untuk mobil sehari - harinya.


Memodifikasi mesin anda di masa lalu adalah hal yang tidak ingin anda lakukan sendiri - tentu saja jika anda tidak memiliki keahlian mekanikal dan pemahaman yang baik tentang kinerja mesin mobil. Meleset 1mm saja dapat mengakibatkan premature wear yang berujung pada catastrophic failure. Selain itu, gain tenaga yang didapatkan juga tidak banyak tanpa adanya penambahan komponen.


Oh tentu saja, saya tidak ingin menyempitkan pemahaman tuning sekedar gede-gedean horsepower. Tetapi poin utamanya : too much effort for so little result, jika dibandingkan era sekarang.


Sistem injeksi elektronik yang lebih presisi, mesin yang didesain semakin efisien, membuat hanya sedikit sentuhan pada sistem komputer saja dapat meningkatkan tenaga sekecil - kecilnya 5-10%, yang itu juga masih terasa di dunia nyata. Di luar sentakan gas yang makin galak, kurva torsi lebih gemuk signifikan, dan powerband semakin luas.


Juga tentu saja rahasia umum mobil dengan sistem turbocharged dapat meraih gain tenaga 30% tenaga bawaan, tanpa adanya penambahan atau penggantian apapun, dengan cost lebih rendah dan waktu lebih sedikit.


Tuning sekarang, justru jauh lebih mudah dan lebih aksesibel ke segala kalangan - bahkan jika anda tidak paham mobil sekalipun.


Point 4 : "Dishonesty"


Ada satu hal yang mungkin bisa saya setujui mengenai mobil lama : mobil serba manual memiliki charm nya sendiri.


Satu yang berkurang dari mobil - mobil baru adalah "feedback". Mobil lama memiliki feedback mekanikal yang menyenangkan. Pedal gas yang masih menggunakan sling membuat injakan gas lebih gradual dan dapat dirasakan, rem tanpa ABS membuat kita dapat feeling dari biting point rem, setir dengan power steering hidrolik membuat merasakan gerakan roda lebih baik, dan tentu saja sebuah benda ajaib yang we all know and love : transmisi manual. Even transmisi manual zaman dulu dan zaman sekarang saja sudah berbeda sekali.


Seluruh kombinasi ini, imperfectness ini, membuat mobil justru terasa lebih berkarakter di masa lalu. Saya tidak menampik bahwa saya lebih menikmati di dalam sebuah BMW 323i E36 daripada sebuah BMW 320i G20 terbaru hanya karena mobil itu bertransmisi manual dan power steeringnya hidrolik - meskipun akselerasinya jelas tidak lebih cepat dari sebuah Volkswagen Golf modern.


Tetapi jelas terlalu naif mengatakan mobil modern itu tidak berkarakter semua. Nyatanya, masih ada mobil seperti Honda Civic Type R, Mazda Miata, BMW M2 Competition, yang meraih pujian sangat banyak dari para jurnalis profesional. Sure, mereka less analog, power steeringnya elektrik, mesinnya induksi kecuali Mazda Miata, tetapi ini adalah bukti bahwa pabrikan mobil tak sepenuhnya membuang ide membuat mobil yang menyenangkan.


Dan terlalu menggeneralisir juga bahwa Toyota, Honda, Mazda, Nissan, membuat mobil yang sama membosankannya. Karena clearly setiap pabrikan memiliki cara tersendiri dalam membuat mobil, yang membuat setiap produknya memiliki distinct character satu sama lain.


Pil pahit ini harus kita telan, those good old days dengan mobil serba analog jelas sudah berakhir. Tetapi tidakkah kita dapat memberi sedikit apresiasi kepada pabrikan - pabrikan mobil yang masih berusaha menghadirkannya ? Bagaimanapun, transisi ini terjadi akibat banyak hal : kompetisi pasar, permintaan pasar, dan regulasi.


Toh tidak ada yang salah dengan sebuah sports car yang lebih civilized dan dapat membawa keluarga anda dengan nyaman, bukan ?


Final Thoughts


Perubahan tidak selalu menyenangkan bagi sebagian orang.


Semakin tua usia anda, akan semakin sulit beradaptasi dengan perubahan. Perubahan akan selalu ada, dan kecenderungan manusia adalah menganggap generasinya paling baik. Misalnya generasi sekarang dianggap lebih "manja" dan generasi di atasnya dibilang "terlalu kolot".


Sama halnya mobil. Fungsi dasarnya adalah appliance, suatu alat untuk memudahkan mobilitas manusia. Tetapi orang yang hidup dengan mobil di era '70an akan memandang mobil keluaran '90an sebagai sesuatu yang membosankan dan terlalu complicated. Begitu pula orang yang hidup dengan mobil era '90an akan menganggap mobil keluaran '70an terlalu kuno, dan mobil keluaran 2020 terlalu complicated.


Mengenai mana yang lebih baik antara lama dan baru - itu adalah personal preference berdasarkan selera dan pengalaman. Saya tidak menyalahkan jika anda lebih menyukai sebuah TAFT F50 daripada sebuah Fortuner 4x4 baru. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa mobil modern jelas lebih efisien, dan lebih aman, serta lebih mudah dalam hal perawatan dan modifikasi.


Toh, "motuba" anda juga pernah baru pada zamannya, bukan ?

104 views1 comment

Recent Posts

See All
bottom of page