top of page
  • Writer's pictureChristian Aditya

Size Does Matter

Otomotif adalah dunia penuh paradoks.


Lima puluh tahun yang lalu, mungkin kata "Toyota Corolla" bagi generasi tua di atas kita adalah sebuah sedan kecil lima penumpang yang hemat dan sederhana.


Tetapi gunakan kata Toyota Corolla ke generasi milenial sekarang. Bayangan mereka akan tertuju pada sebuah sedan berukuran tanggung, di atas Vios, di bawah Camry dan Crown. Harganya pun tidak murah.


Kita semua setuju : mobil semakin lama semakin besar. Corolla generasi pertama memiliki ukuran panjang tidak sampai empat meter, sekarang mobil yang sama sudah hampir satu meter lebih panjang dari lima puluh tahun yang lalu.


Setiap keluar versi terbaru, selalu diklaim lebih besar, lebih mewah, lebih canggih, lebih hemat, lebih kencang, dan tentu saja lebih mahal. Lalu pabrikan sepertinya baru menyadari di tengah jalan bahwa mobilnya tidak lagi seperti dulu. Seperti sepupu anda yang lahir taun 2000 sekarang mungkin sudah lebih tinggi dari anda, tanpa anda sadari.


Lalu muncullah permintaan akan mobil yang lebih kecil, lebih murah, dan lebih sederhana. Lahirlah kelas city car (B segment) : Honda Jazz, Toyota Yaris, dll.


Mobil - mobil ini lagi - lagi semakin besar - yang melahirkan kelas di bawahnya (A segment) : Honda Brio, Toyota Agya, Suzuki Karimun...


Pergeseran kelas ini seperti paradoks. Di satu sisi, mobil akan semakin bertambah besar setiap keluar varian barunya. Di sisi lain, ini juga melahirkan mobil - mobil yang semakin kecil. Semakin besar, tetapi juga semakin kecil.


Kita tak pernah berpikir bahwa segmen crossover dapat menjadi lebih kecil lagi sebelum Suzuki Ignis datang, dan kali ini arah persaingan sepertinya mulai merambah ke kelas mini crossover dengan mulai munculnya mobil seperti KIA Sonet dan Nissan Magnite yang masih malu - malu menunjukkan bentuknya. Di luar ada Toyota Raize dengan kembaran Daihatsu Rocky. No, not THAT Rocky.



Another "mobil kembar" : Toyota Raize-Daihatsu Rocky


KIA Sonet, sebentar lagi menemani Seltos.

( sumber )


Nissan Magnite spy shot di Indonesia

( sumber )


Fenomena ini terjadi bukan tanpa alasan. Donut Media menjelaskan dengan sangat apik.


Tidak semua poin di sini akan saya bahas, karena tidak semua relevan di Indonesia (khususnya tentang gas prices). Tetapi ada beberapa hal yang worth knowing dan supaya tidak serta-merta menyalahkan pabrikan membuat mobil yang semakin hari semakin besar.


Safety Equipment


Tahukah anda bahwa sekarang fitur radar canggih - iya, radar - radar di Mazda2 anda itu, dan fitur rem otomatisnya yang menyebalkan, sekarang sudah menjadi standar dalam penilaian uji tabrak ? Anda tidak bisa mendapatkan skor 5 bintang penuh tanpa radar - radar canggih tersebut.


The following provides some general guidance as to what safety performance the stars refer to in today's system:
5 star safety: Overall excellent performance in crash protection and well equipped with comprehensive and robust crash avoidance technology 4 star safety: Overall good performance in crash protection and all round; additional crash avoidance technology may be present 3 star safety: At least average occupant protection but not always equipped with the latest crash avoidance features 2 star safety: Nominal crash protection but lacking crash avoidance technology 1 star safety: Marginal crash protection and little in the way of crash avoidance technology 0 star safety: Meeting type-approval standards so can legally be sold but lacking critical modern safety technology

Safety adalah alasan paling klise mengenai bertambahnya ukuran mobil sekarang. Mulai dari airbag dan crumple zone - tahukah anda bahwa airbag juga memerlukan jarak aman untuk dapat mengembang ? Memiliki airbag saja tidak cukup, anda harus memastikan airbag itu mengembang dengan sempurna, dan itu tentu saja membutuhkan ruang


Ideally, you should sit with at least 10 inches between the center of your breastbone and the cover of your air bag. The nearer you can come to achieving the 10-inch distance, the lower your risk of being injured by the air bag and the higher your chance of being saved by the air bag.

Sekarang bagian paling obvious - electronic devices.


Satu buah airbag memiliki komponen : sensor, wiring harness, dan inflator. Sensor airbag harus terletak pada jarak tertentu supaya airbag tidak mengembang terlalu cepat atau terlalu lambat. Teman saya pernah menaiki BMW seri-5 yang airbagnya meletus saat menghajar polisi tidur - terlepas dari ini design defect atau murni unit yang cacat produksi, tetap saja hal seperti ini akan menjadi concern.

Sistem airbag, yang sudah memiliki banyak sekali komponen.

( sumber )


Ini baru skenario satu-dua airbag saja. Sekarang bayangkan ada enam, atau sepuluh, atau dua belas : side airbag, curtain airbag, pelvic airbag, belum seatbelt airbags. Berapa banyak sensor, aktuator, dan seberapa rumit perhitungan untuk peletakan sensor airbagnya ? Yang akhirnya jika terjadi tabrakan juga membuat anda pusing dengan biaya perbaikannya karena satu sensor harganya dua puluh juta rupiah.


Lalu sekarang mulai bermunculan fitur - fitur radar. Radar cruise control, blind-spot monitoring, lane keeping assist, auto emergency braking. Fitur - fitur ini juga serakah tempat.

Fitur-fitur radar yang semakin memenuhi mobil anda dengan modul elektronik

( sumber )


Dan daftarnya akan terus bertambah.


Kap mesin anda semakin penuh, semakin panjang, door trim anda semakin tebal, dan tentu saja anda mengharapkan mobil memiliki kabin yang dapat dimuati seluruh anggota keluarga tanpa membuat salah satunya keram kaki, bukan ?


"Loophole" in the system ?


Pabrikan selalu menghadapi sebuah dilema dengan sesuatu yang berjudul saving the environment. Industri otomotif sendiri adalah industri yang boros energi, belum berbicara tentang penggunaan mobil.


Regulasi ketat selalu digulirkan setiap tahunnya, bahkan sekarang sudah sampai Euro-6. Apapun itu artinya. Masalahnya, menciptakan mobil yang aman dan ramah lingkungan itu sangatlah bertolak belakang.


Mobil ramah lingkungan artinya harus ringan dan kecil - mesinnya kecil, kalau bisa listrik atau hybrid. Sedangkan menciptakan mobil yang aman - seperti pemaparan di atas, perlu ruang sangat banyak.


Jadi bagaimana mengakalinya ?


EPA memiliki klasifikasi untuk setiap ukuran mobil : supermini, subcompact, compact, midsize, dll. Mengapa klasifikasi ini dibuat ? You guessed it : tidak mungkin mengharapkan sebuah Honda Accord bisa mengikuti standar yang sama dengan seekor Honda Brio, dan sebaliknya.


Jadi semakin tinggi klasifikasinya, semakin longgar pula regulasinya. Termasuk urusan ramah lingkungan.

Klasifikasi EPA untuk ukuran mobil berdasarkan volume interior

( sumber )


Untuk dapat masuk ke kelas yang lebih tinggi dan get away dengan regulasi, pabrikan mobil memiliki solusi pragmatis yang sangat jenius : tambahkan saja ukurannya.


Otomatis, masuk ke standar regulasi kelas yang lebih tinggi, dan ini membawa kita ke poin berikutnya :


More, More and More


Tidak ada supply jika tidak ada demand. Pabrikan tidak akan membuat sesuatu yang tidak diinginkan oleh masyarakat.


Setiap muncul satu generasi terbaru mobil kita mengharapkan mobil itu menjadi : semakin kencang, semakin besar, semakin tajam handlingnya, semakin nyaman, semakin mewah, dll.


Inilah hal terpenting bagi pabrikan untuk membuat mobil mengikuti standar regulasi kelas yang lebih tinggi : bukankah kita juga menginginkan mobil yang lebih besar dan mewah ?


Mobil semakin besar akan semakin mudah menjadi nyaman, anda dapat mendesain wheelbase yang lebih panjang, menambah ukuran kabin, dan menjadi alasan untuk merancang mesin yang lebih efisien. Artinya, anda butuh daya lebih besar untuk menggerakkan massa sebesar itu. Mesin akan semakin diperas tenaganya : antara menggunakan teknologi turbocharged, hybrid, atau elektrik, untuk sekaligus mengikuti standar emisi.


Semakin besar pula mesin anda juga pasti menghasilkan gas buang yang lebih - artinya sangat necessary untuk "naik kelas" supaya regulasinya lebih longgar.


Indonesia dan Amerika tidaklah berbeda soal mentalitas "bigger is better". Utamanya soal ukuran bodi dan kapasitas mesin. Bukankah mobil terlaris kita adalah jenis MPV, dan kebanyakan poin yang diinginkan orang Indonesia adalah "bisa muat banyak supaya bisa pergi bareng-bareng sekeluarga" ?


Small MPV seperti Mitsubishi Xpander sekarang memiliki ukuran 4,5 meter, hanya 10 cm lebih pendek dari sebuah Toyota Innova generasi pertama. Sebagai perbandingan, current gen Avanza yang berbasis platform dari tahun 2011 hanya empat meter lebih sepuluh sentimeter. Avanza generasi berikutnya ? Besar kemungkinan akan semakin melar.


Bahkan di kelas prestigious pun, 7-seater tetaplah menjadi idola. SUV terlaris di harga 500 juta-an adalah Toyota Fortuner, dan bahkan jikalau anda punya uang untuk beli tiga ekor Kijang Innova, Toyota Alphard (dan Vellfire, tentu saja) masih mobil dengan harga di atas satu miliar terlaris di Indonesia.


Dan bukankah memang benar mobil besar punya appeal sendiri, bukan ? Tidak ada Honda Jazz digunakan untuk kawalan pejabat penting. Minimal pasti Fortuner, Camry, atau Alphard.


Create the Problem, Create the Solution


Ada sebuah mitos tentang virus komputer bahwa mungkin saja pencipta komputer itulah yang menciptakan virus, untuk membuat antivirus nya.


Terlepas dari benar tidaknya mitos ini, terkadang dunia memang selucu ini.


Dunia teknologi bukan dunia yang hitam putih, seringkali perkembangan teknologi membawa masalahnya sendiri.


Mobil semakin besar - pabrikan memasang banyak sekali safety equipments, regulasi mendorong mobil untuk semakin aman, dan consumer demands juga mendukung, tanpa sadar mereka menciptakan mobil yang begitu besar.


Solusinya, juga mereka yang menciptakan sendiri : mobil yang semakin kecil.


Mobil yang semakin besar menciptakan problem, yang akhirnya menciptakan demand sendiri untuk mobil yang semakin sederhana, semakin kecil. Pabrikan merasa perlu dan ada demand untuk mobil yang lebih kecil dengan kelas di bawahnya. So, why not ? Bahkan mobil - mobil kecil ini tidak jarang dilabeli "Green" dengan segala jargon ekonomis dan klaim kehematan bahan bakar yang fantastis. Meski hanya menggunakan mesin 1 Liter non-VVT biasa.

Pertanyaannya adalah : sampai kapan ? Mungkinkah ke depannya kita akan melihat Toyota Avanza yang sebesar Toyota Alphard ?


Regulasi Kei-car di Jepang saja tetap harus "mengalah" dengan kenyataan ini. Kei-car, yang merupakan mobil yang memiliki regulasi ukuran resmi saja sudah menjadi sangat gemuk dari standar awal regulasi ini keluar pada 1949.


Terakhir, regulasi resmi Kei-Car adalah pada Oktober 1998 dengan dimensi panjang 3,4 meter, lebar 1,48 meter, dan tinggi 2 meter, melar 60 cm dan 48 cm dibanding saat insentif ini pertama dibuat. The "small" car is no longer small.


Jika melihat trend belakangan, sepertinya pertambahan ukuran ini agak sedikit "direm" oleh pabrikan mobil. Misalnya Honda CR-V yang dari 1997 "masih" hanya bertambah sekitar 7 cm secara panjang dan lebarnya, dan Honda Accord yang tidak bertambah signifikan sejak sepuluh tahun terakhir.

Honda Fit terbaru dimensinya nyaris tidak berubah dari generasi ketiga

( sumber )


Melihat trend pertumbuhannya, sepertinya pertumbuhan ini tidak linear - paling tidak selama 20 tahun terakhir ukuran mobil tidak bertambah terlalu masif.


Kecuali ada semacam regulasi atau tren baru nantinya. Entahlah, semoga saja itu hanya mimpi buruk.








63 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page