Kegalauan dan gundah gulana di industri mobil akhirnya berakhir juga dengan ketegasan ibu Menteri Keuangan dengan menolak insentif pajak 0%.
Ibu MenKeu Sri Mulyani
( sumber )
"Setiap insentif yang diberikan kami akan evaluasi lengkap sehingga kami tidak berikan insentif di satu sisi yang berikan dampak negatif ke kegiatan ekonomi lain," katanya.
Output yang sudah diduga.
Dari awal mendengar ide ini saja terdengar absurd. Entah karena media memberitakan sebuah wacana secara berlebihan dan mimpi indah petrolheads.
Ide awal dan narasi yang digaungkan oleh banyak media saja sudah terdengar absurd. Media mengasumsikan bahwa mobil tidak dipajaki artinya harganya ya cuma sesuai faktur, thok, sesuai NJKB yang ditetapkan oleh pemerintah. Wartawan seakan tidak melakukan riset mendalam terlebih dahulu mengenai perpajakan.
Wacana yang cukup... absurd.
( sumber )
The Car Industry "Nightmare"
Aturan pajak 0% untuk mendorong pembelian mobil alih - alih menjadi berkah justru lebih banyak mudharatnya. Masyarakat tentu senang, tetapi dampaknya sangat buruk untuk industri keseluruhan.
Efek yang pasti terasa adalah harga mobil bekas yang terkoreksi. Pandemi sudah memporak-porandakan penjualan mobil, harga mobil bekas juga sudah hancur, dan akan semakin terkoreksi jika benar aturan ini diterapkan. Masyarakat tentu mau beli, tapi pedagangnya pasti rugi, harus jual sangat murah mungkin sampai di bawah harga "kulakan".
Namun, jika hanya turun 10 persen, menurut Yannes, belum akan mengganggu harga mobil bekas yang kini pun sudah turun harganya dibandingkan dengan harga pada bulan yang sama tahun 2019 lalu.
Tidak lama gulung tikar. Makin banyak usaha hancur, makin banyak pengangguran.
Lalu pengguna lama pun akhirnya juga menahan diri untuk jual mobil karena harganya "rusak" sekali. Suplai rendah ke pasar mobil bekas yang akhirnya semakin mengerikan.
Jangan berpikir dampaknya hanya ke bekas saja - baru pun terkena.
Dealer terpaksa harus obral stok lama yang sudah kadung dibeli dengan harga plus pajak dari pabrik jika skenario ini benar - benar diterapkan. Kecuali mekanisme aturannya memungkinkan pengembalian pajak.
Beli stok baru pun belum tentu bisa laku cepat untuk menutup kerugian. Kita harus menerima fakta bahwa - ya memang saat pandemi bonus resesi ini orang akan menahan diri untuk membeli barang konsumsi mahal seperti mobil. Artinya sudah nombok kerugian sangat banyak, balik modalnya juga sedikit dan luamaaaaa sekali.
"Ada yang baru SPK, baru tahu ada wacana pajak 0%, akhirnya deal nggak diteruskan. Selain itu, traffic (kunjungan ke dealer) turun ke dealer, menunda, nanti dulu deh. Ini dari laporan teman-teman pelaku di lapangan," kata Kukuh kepada CNBC Indonesia dikutip Jumat (16/10).
Bahkan sebelum aturannya dibahas pun ide ini sudah terdengar mengerikan.
Where do we need the stimulus ?
Nol persen mungkin sangat absurd - tetapi saya tidak menampik bahwa memerlukan peraturan pajak baru. Sebagian aturan pajak kita juga tidak kalah absurdnya dibanding ide menghapuskan pajak kendaraan.
Aturan pajak berdasarkan emisi gas buang adalah yang pertama harus di-eksekusi, tentu saja jika ingin industri otomotif kita lebih efisien dan mendorong pabrikan untuk menjual mobil - mobil dengan teknologi tinggi yang lebih efisien. Saat ini aturan pajak kita hanya berdasarkan kapasitas silinder - yang sebentar lagi tak relevan karena mobil listrik mulai banyak.
Charging station di rumah untuk mobil listrik
( sumber )
Iya, mungkin nanti dipajaki berdasarkan kapasitas charging atau langsung ke listrik rumah saja.
Pajak penggerak empat roda juga patut dikurangi atau malah dihapuskan sama sekali karena dari dulu sampai sekarang jelas tidak relevan. Mobil penggerak empat roda rata-rata adalah mobil untuk kerja, yang beli juga pasti orang yang perlu untuk pertambangan atau perkebunan, bukan sekedar pakai ngemall atau touring dengan tetot tetot wiuwiu.
"Mobil bosok" bekas tambang dengan penggerak 4 roda sangat besar kontribusinya untuk ekonomi
( sumber )
Baiklah, kedua ini adalah rant klasik petrolheads di Indonesia. Yang terakhir ini mungkin satu yang jarang sekali terpikirkan :
Mobil Komersial.
Jika UMKM adalah salah satu andalan perekonomian kita, kenapa tidak sekalian saja keringanan diberikan pada mobil komersial - small pick-up, van, atau truck ?
Suzuki Carry baru kini harganya sekitar 150 juta-an.
( sumber )
Baiklah, memang pajak kendaraan jenis ini sudah sangat rendah, tetapi kalau-kalau memang niatnya memberi insentif, kendaraan seperti ini sangat jelas gunanya dan kontribusinya untuk ekonomi, dibanding memberi insentif pada *uhuk* LCGC.
Apalagi dalam kondisi sekarang, barangkali seorang korban PHK dapat memulai usaha dagang atau angkutan kecil - kecilan dengan bermodal kredit pick-up baru yang jelas sekali lebih bebas masalah ketimbang harus membeli kondisi bekas. Usaha tahu bulat, mungkin ?
Pick-up kini menjadi favorit untuk jualan tahu bulat keliling
( sumber )
Dengan tidak jadi disahkannya wacana absurd ini - teruslah bekerja sampai anda mampu beli mobil tanpa berharap wacana aneh - aneh.
Dan tentu saja, kabar baik bagi pemilik showroom mobil bekas. Usahanya batal gulung tikar.
Commentaires